Madura adalah pulau yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur. Pulau ini juga memiliki suku asli yang ada sejak dahulu kala, yakni Suku Madura.
Asal-Usul Suku Madura
Melansir dari buku The History Of Madura karya Samsul Ma'arif, kedatangan masyarakat di Pulau Madura berawal dari bangsa berkebudayaan neolitik (zaman batu baru yang penduduknya mampu bercocok tanam), dari utara yang singgah di pulau tersebut. Itu terjadi sekitar 4.000 tahun yang lalu atau 2.000 tahun sebelum Masehi.
Itu dampak dari bertambah pesatnya kerajaan-kerajaan Cina. Karena kepesatan perkembangan kebudayaan mereka, lalu meluaskan pengaruh kekuasaannya ke arah selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhirnya, perpindahan mereka melahirkan bangsa-bangsa Proto Melayu yang pada saat itu bermukim di wilayah Burma, Siam dan Indochina. Fenomena itu menyebabkan kelompok bangsa-bangsa tersebut menjadi tercerai-berai.
Sebagian dari mereka terus pergi ke arah selatan, hingga mencapai pulau-pulau di Nusantara, termasuk Pulau Madura. Para pendatang itu lalu menetap di sana untuk kemudian menjadi nenek moyang bangsa Madura. Seperti bangsa Piah, Campa dan Jai di Kocincina. Mereka mengacu pada apai dengan mana apoy, menyebut istrinya bine, dan memakai kata ella untuk menyatakan sudah.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya, bahasa mereka mengenal konsonan rangkap seperti bassa, cacca, daddi, kerrong dan pennai. Leluhur orang Madura umumnya memiliki tengkorak yang celah matanya lebar mendatar dengan tulang pipi lebih menonjol. Raut muka mereka tidak begitu halus dan warna kulitnya lebih gelap.
Dari beberapa penelitian sejarah, belum dipastikan apakah sesampainya di Pulau Madura itu dapat dijumpai penduduk asli Nusantara. Jika ada, maka penduduk asli itu akan dapat dikalahkan. Sebab mereka masih berkebudayaan batu tua (paeolitik).
Adapun pendatang baru dari utara itu berkebudayaan batu baru (neolitik), seperti ditunjukkan oleh peninggalan mereka yang ditemukan di Madura. Mereka mampu mengasah batu menjadi beliung atau kapak persegi, yang dapat pula dijadikan pacul.
Setelah ratusan tahun di Madura, para pendatang baru itu beranak-pinak dan terpencar ke seluruh penjuru pulau. Bahkan, pulau-pulau kecil di sekitar Madura juga dihuni. Seperti Pulau Sepudi dan Kangean di timur, Pulau Mandangil di selat Madura dan Pulau Masalembu serta Bawean di laut Jawa.
Mereka bermukim dalam kelompok-kelompok yang besarnya ditentukan oleh kesuburan tanah atau daya dukung ekologi setempat. Beberapa kelompok jumlahnya sampai ratusan orang. Sehingga, mereka membentuk satuan-satuan tersendiri, namun masih terikat oleh kesamaan bahasa.
Baca tentang kerajaan-kerajaan dan penamaan Madura di halaman selanjutnya
Kerajaan-kerajaan di Madura
Dalam perdagangan, orang Madura hanya menjadi perantara karena keterbatasan sumber daya alam. Hal ini juga yang menyebabkan kerajaan-kerajaan di Madura tidak bisa berdiri sejajar dengan Jawa.
Madura selalu menjadi bawahan atau bagian dari kekuasaan Jawa. Mulai zaman Kalingga, Mataram kuno bahkan sampai Mataram Islam. Meski diwarnai dengan banyaknya pemberontakan, Madura tetap menjadi negara bawahan kerajaan besar di Jawa.
Penamaan Madura
Menurut seorang akademisi, Mardiwarsito, kata Madura dalam bahasa Sansekerta berarti permai, indah, molek, cantik, jelita, manis, ramah-tamah dan lemah-lembut. Nama pulau itu mungkin pula diilhami dan diambil dari Madura, sebutan suatu daerah serupa di India Selatan yang juga beriklim kering.
Begitulah asal-usul Suku Madura. Kini, Suku Madura telah menjadi salah satu suku terbesar di Indonesia dengan 7.179.356 jiwa atau 3,03 persen total penduduk Indonesia.