Mengenal Sawunggaling, Adipati Surabaya yang Paling Dibenci Kompeni

Jemmi Purwodianto - detikJatim
Selasa, 13 Sep 2022 15:27 WIB
Makam Raden Sawunggaling/Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim
Surabaya -

Nama Sawunggaling tak asing di Jawa Timur, terlebih di Surabaya. Ia disebut-sebut sebagai Adipati Surabaya yang paling dibenci penjajah Belanda.

Nama asli dari Sawunggaling yakni Joko Berek. Tulus Warsito, salah seorang pengurus di Makam Sawunggaling mengatakan, Joko Berek merupakan putra dari Adipati Jayengrono (Jangrono) III dengan Raden Ayu Dewi Sangkrah.

Kisah dimulai saat Adipati Surabaya ketiga itu sedang berburu di hutan wilayah Surabaya Barat. Saat itu Jayengrono III bertemu dengan Dewi Sangkrah untuk kali pertama.

"Saat berburu itu, Adipati Jayengrono III bertemu Dewi Sangkrah di Desa Lidah Donowati. Yang sekarang menjadi Lidah Wetan dan Kulon," kata Tulus, Selasa (13/9/2022).

Jayengrono III terpesona dengan kecantikan Dewi Sangkrah. Mereka lalu menikah. Namun sebagai Adipati Surabaya, Jayengrono III harus kembali ke kedaton.

"Sebelum pergi, Adipati Jayangrono meminta Dewi Sangkrah untuk tetap tinggal di Donowati. Ia juga bertitip pesan agar anaknya diberi nama Joko Berek. Jayangrono III juga memberikan selendang cindei puspita, sebagai tanda untuk mencarinya di Kedaton Surabaya," jelas tulus.

Singkat cerita, Joko Berek dewasa mencari sang ayah di Kedaton Surabaya. Ditemani Bagong, ayam jantan miliknya, ia sampai di pintu gerbang Kedaton Surabaya.

"Sampai di sana, Joko Berek bertemu dengan dua kakak tirinya, Sawungrana dan Sawungsari. Keduanya tidak percaya jika Joko Berek adalah anak Jayengrono III. Mereka bertiga kemudian melakukan adu ayam dan Joko Berek lah yang jadi pemenangnya," jelas Tulus.

Setelah itu, Joko Berek bertemu dengan sang ayah, Jayengrono III. Mengetahui anaknya sudah tumbuh besar, sang adipati sangat senang. Sebenarnya, Jayengrono ingin memberikan mahkotanya dan mengangkat Sawunggaling sebagai Jayengrono IV.

"Perlu diketahui, Jayengrono itu sebutan bagi adipati atau kalau sekarang wali kota. Ya kayak Sultan Hamengkubuwono gitu. Saat itu Joko Berek mau diangkat oleh adipati sebagai Jayengrono IV. Tapi karena ingin adil, Jayengrono pun membuat sayembara dengan memanah umbul-umbul Tunggul Yuda," imbuh Tulus.



Simak Video "Kirab Sawunggaling Surabaya, 1.500 Anak Kompak Menari Remo"

(sun/sun)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork