Viral bocah berusia 4 tahun di Bangkalan, Madura menjalani acara lamaran. Sosiolog mengatakan, tradisi ini tidak hanya terjadi di Bangkalan, namun di hampir seluruh wilayah Madura.
Biasanya, pertunangan dini identik dengan endogami atau perkawinan hingga pertalian antarsaudara. Ini untuk mempertahankan warisan.
Dosen Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Dr. Mutmainnah, S.Sos. M.Si menyebut, kebiasaan ini juga dilakukan di daerah Sumenep. Bahkan, tradisi ini tidak semata terjadi di kalangan dengan tingkat pendidikan rendah atau yang tinggal di daerah pelosok desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di Sumenep pertunangan dini ini seringkali tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, karena pelakunya kadang juga orang kota yang berpendidikan," kata Mutmainnah kepada detikJatim, Kamis (1/9/2022).
Mutmainnah mengatakan, di Sumenep pertunangan dini ini lebih identik dengan pertalian sedarah. Kebanyakan pertunangan dini di Sumenep dilakukan untuk mempererat kekerabatan.
"Ini tradisi mapolong tolang (mengumpulkan tulang) atau menjodohkan antaranggota keluarga, yang dalam istilah sosiologi disebut endogami agar kekerabatan bertambah kuat," ungkapnya.
Endogami sendiri sebenarnya tidak hanya semata untuk mempererat hubungan kekeluargaan, tetapi menyelamatkan harta kekayaan atau warisan agar tidak jatuh ke tangan orang lain. Tradisi endogami kebanyakan bertahan sampai jenjang pernikahan, sekalipun tetap ada yang kandas sebelum menikah.
"Biasanya agar kekayaan dan kekuasaan tidak jatuh ke tangan pihak lain. Endogami ini ada yang berujung langgeng sampai dengan pernikahan, ada juga yang putus pertunangannya," tutur Mutmainnah.
Ia menilai, pertunangan anak di usia dini ini lebih baik dihindari ataupun dihilangkan. Sebab, lebih banyak menghadirkan dampak negatif daripada dampak positifnya.
Menurutnya, pertunangan akan mendorong percepatan pernikahan. Sehingga, jika pertunangan dilakukan di usia dini, maka praktis pernikahannya akan dilakukan di usia yang belum matang. Dengan demikian, pada usia tersebut, mereka tidak siap secara mental. Nah, jika mental tidak siap, maka akan membawa potensi perceraian menjadi tinggi.
"Ya kalau hemat saya, pertunangan dini ini perlu dihilangkan, sebab lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Ini tentu perlu kampanye yang masif dari semua pihak baik dari tokoh agama, pendidikan dan keluarga sangat diperlukan untuk membendung ini," tandasnya.
Pengunggah video yang viral sebut lamaran bocah sudah biasa, baca halaman selanjutnya!
Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan momen seorang bocah berusia 4 tahun sedang menjalani acara lamaran viral di Bangkalan, Madura. Video anak kecil tunangan itu diunggah Tania lewat akun TikTok @taniapesekcz. Dia merekam seorang ibu-ibu berjalan sambil membawa aneka makanan yang sudah dibungkus rapi.
Dari video itu, diketahui bahwa anak kecil yang tunangan itu bernama Fika. Dia tampak duduk di depan halaman rumah dan ada seorang ibu yang menyematkan cincin di jarinya. Ibu itu juga mengalungkan selempang yang dibentuk dari uang kertas nominal Rp 5 ribu ke leher Fika.
"Happy engagement Fika 😚 kecil sudah tunangan langgeng trus ya syang🖤#fpyシ #viralvideo #madurabangkalan🌹💋❤," tulis akun TikTok @taniapesekcz.
Sementara itu, Tim Wolipop sudah menghubungi Soleha (Tania) yang mengunggah video viral anak 4 tahun jalani acara tunangan. Ia mengaku merekam sendiri dan menyaksikan acara tunangan anak usia empat tahun itu.
"Namanya Fika (anak yang tunangan). Usia empat tahun, itu acara tunangannya," ungkap Tania kepada Wolipop, Jumat (26/8/2022).
Wanita yang berusia 20 tahun ini mengungkapkan acara tunangan itu diadakan di Bangkalan, Madura. Video tunangan itu ia rekam pada minggu lalu. Menurutnya, tunangan di usia anak-anak sudah menjadi tradisi di daerahnya.
Video unggahannya viral di media sosial, ia pun menanggapi reaksi ketika membaca komentar warganet. "Banyak komentar yang aneh dan banyak yang menyinggung," ucapnya.
Tania mengatakan, di Bangkalan, Madura ada tradisi menjodohkan anak sejak kecil.
"Fika dijodohin sama anak usia lima tahun, nggak gimana-gimana, biasa. Kalau tradisi Madura banyak dijodohkan dari usia kecil. Kalau jodoh bisa sampai dewasa," tukasnya.