Mengenal Tradisi Gulat Okol yang Ada di 3 Daerah Jatim

Mengenal Tradisi Gulat Okol yang Ada di 3 Daerah Jatim

Tim detikJatim - detikJatim
Selasa, 30 Agu 2022 14:39 WIB
gulat okol, kesenian rakyat khas surabaya
Gulat Okol di Surabaya/ Foto: Deni Prastyo Utomo/detikJatim

Gulat Okol di 3 Daerah Jatim

Gulat Okol di Madura

Di Madura, Okol biasanya dilakukan untuk mengiringi sejumlah acara. Seperti acara perlombaan merpati, acara pertarungan (keket atau okol), acara adu rotan ritual (ojung) yang merayakan hari ulang tahun penemuan suatu mata air atau memohon turunnya hujan.

Pertunjukan Okol di Madura biasanya diiringi oleh musik yang dihasilkan oleh komposisi alat-alat tertentu. Yakni tiga kentongan bermotif merah, hitam, dan putih; sebuah xylofon (ghambhang); sepasang sambal kecil yang berasal dari bei (pesse); dan sebuah suling urus yang terbuat dari bambu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah alat-alat musik itu dimainkan, barulah tradisi Okol dimulai. Okol memang terlihat seperti dua orang yang sedang bergulat dengan 2 pria dewasa berada dalam sebuah lingkaran berdiameter 3 meter.

Saat wasit memberi tanda dimulai, kedua pria itu bertubrukan. Pertandingan ini dianggap tidak mudah karena para pemain harus kuat dan mumpuni. Salah satu pemain dinyatakan menang jika berhasil menjatuhkan lawan dan posisinya berada di atas.

ADVERTISEMENT

Tradisi Okol akan dilakukan setiap hari sampai hujan turun di daerah tersebut. Okol di Madura biasanya dilaksanakan pada waktu setelah ashar atau sekitar jam 14.45 sampai sebelum maghrib.

Gulat Okol di Surabaya

Sedangkan di Surabaya, tradisi ini ada dalam setiap perayaan sedekah bumi. Tujuannya sebagai wujud rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh para petani.

Gulat okol di Surabaya dipertunjukkan di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya. Pemainnya adalah dua orang yang saling berhadapan.

Para pegulat diharuskan memakai selendang yang dilingkarkan di bagian tubuh. Selendang inilah yang akan digunakan untuk menjatuhkan satu sama lain dalam gulat okol. Namun pertandingan baru dimulai ketika peserta memakai udeng atau ikat kepala.

"Ketika ikat kepala atau udeng dipakaikan, maka pertandingan gulat okol dimulai," kata Panitia Sedekah Bumi Kelurahan Made, Suheri kepada detikJatim, Senin (8/10/2018).

Selain dengan bantuan selendang, para peserta dilarang menjatuhkan lawan dengan cara lain. Bahkan peserta yang memiliki kuku panjang juga harus dipotong terlebih dahulu.

Gulat Okol di Gresik

Sama seperti di Surabaya, tradisi Gulat Okol di Gresik juga merupakan bagian dari perayaan sedekah bumi. Agenda ini diselenggarakan para petani usai panen dan pada musim kemarau. Mereka menggelar sedekah bumi, remo kaulan, dan Gulat Okol.

Gulat okol menjadi agenda rutin tahunan dan menjadi bagian dari wisata budaya. Ritual gulat ini awalnya dilaksanakan di area persawahan. Namun, kini gulat okol digelar di panggung dengan matras dari karung goni yang pada bagian bawahnya diletakkan jerami demi keamanan.

Kalangan (gelanggang) gulat berukuran 6 meter x 8 meter dibuat seperti ring tinju dengan dua sudut. Di sekeliling panggung diberi tali tambang besar.

Selain meneruskan tradisi, kini gulat okol juga menjadi atraksi hiburan. Sekali tanding dilakukan oleh dua orang pegulat. Masing - masing pegulat dibedakan dengan ikat kepala serta sabuk warna merah dan hitam.

Setiap pegulat melaksanakan dua ronde. Yang menang dua ronde berturut-turut akan diadu lagi dengan pemenang lain hingga didapatkan juara. Gulat tradisional ini dibagi tiga kategori, yakni anak-anak, remaja dan pria dewasa, serta wanita.

Gulat Okol di Gresik juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Penetapan ini dilakukan pada tahun 2017.

Nah, detikers sudah mengenal tradisi Gulat Okol, kan? Semoga penjelasannya bermanfaat ya.


(hse/sun)


Hide Ads