Salah satu bukti kebesaran Kerajaan Singhasari atau Singasari adalah keberadaan candi. Salah satu candi yang menggambarkan itu adalah Candi Jago, sebuah candi yang dianggap suci, dibangun oleh Raja ke-4 Singhasari, Raja Kartanegara untuk menghormati ayahnya.
Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Tepatnya 22 kilometer arah timur dari Kota Malang. Karena letaknya di Desa Tumpang, candi ini sering juga disebut Candi Tumpang. Sedangkan penduduk setempat menyebutnya Cungkup.
Candi ini pertama kali ditemukan Belanda pada 1834. Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini sebenarnya adalah Jajaghu. Jajaghu artinya adalah 'keagungan', merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat suci.
Pembangunan Candi Jago itu berlangsung sejak 1268 M hingga 1280 M. Berdasarkan sumber yang ada, candi itu dibangun oleh Kartanegara sebagai penghormatan bagi Raja Singhasari ke-4, yaitu Sri Jaya Wisnuwardhana, yang sekaligus ayahandanya.
Bangunan candi menghadap ke barat, berdiri di atas batur setinggi 1 meter dan kaki candi terdiri atas 3 teras bertingkat. Makin ke atas teras kaki candi makin kecil hingga di lantai pertama dan kedua ada selasar yang bisa dilewati untuk mengelilingi candi.
Sementara itu, ruang utama atau Garba Ghra letaknya disebut bergeser agak ke belakang. Ada dugaan bahwa Candi Jago telah mengalami pemugaran pada 1343 M atas perintah Raja Adityawarman dari Melayu yang masih memiliki hubungan darah dengan Raja Hayam Wuruk.
Hingga saat ini reruntuhan Candi Jago belum juga dipugar demi mempertahankan keaslian. Seluruh bangunan candi berbentuk segi empat dengan luas 23x14 meter. Atap candi sudah hilang, sehingga tinggi bangunan aslinya tidak dapat diketahui dengan pasti. Hanya bisa diperkirakan bahwa tingginya mencapai 15 meter.
Candi Jago dipenuhi dengan panel-panel relief yang terpahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas. Hampir tidak ada bidang yang kosong, karena semua terisi dengan aneka ragam hiasan dalam jalinan cerita-cerita yang mengandung unsur pelepasan kepergian.
Relief yang menceritakan pelepasan kepergian itulah yang menguatkan dugaan bahwa pembangunan Candi Jago berkaitan erat dengan wafatnya Sri Jaya Wisnuwardhana.
Walaupun dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Singhasari, Kitab Negarakertagama dan Pararaton menyebutkan bahwa Candi Jago selama tahun 1359 M merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.
"Candi Jago tempat bentuk ekspresi berdoa untuk para leluhur yang didirikan abad ke-13 atas perintah Raja Kartanegara. Walaupun dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Singhasari, tempat ini juga sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Jadi ada keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singhasari terlihat juga dari bentuk pahatan bangunan," kata arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, Rabu (24/8/2022).
Keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singhasari terlihat juga dari pahatan padma (teratai) yang menjulur ke atas dari bonggolnya yang menghiasi tatakan arca-arcanya. Motif teratai semacam itu sangat populer pada masa Kerajaan Singhasari yang menganut agama Syiwa Buddha.
Sebagaimana termuat dalam pupuh 41 gatra ke-4 dalam Kitab Negarakertagama, dijelaskan bahwa Raja Wisnuwardhana yang memerintah Singhasari menganut agama Syiwa Buddha. Itu adalah sebuah keyakinan sekaligus aliran kegamaan perpaduan antara ajaran Hindu dan Buddha.
Simak Video "Kondisi Jalur Akses Penghubung Malang-Kediri Tertutup Longsor"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/fat)