Masih Momen HUT RI, Ini 10 Tempat di Surabaya yang Cocok Dikunjungi

Masih Momen HUT RI, Ini 10 Tempat di Surabaya yang Cocok Dikunjungi

Dina Rahmawati - detikJatim
Kamis, 18 Agu 2022 12:28 WIB
Museum HOS Tjokroaminoto, rumah masa muda Soekarno di Surabaya ramai dikunjungi di Hari Lahir Pancasila.
Museum HOS Tjokroaminoto/Foto: Esti Widiyana/detikJatim
Surabaya -

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan. Beberapa peristiwa bersejarah terjadi di Surabaya seperti pertempuran 10 November 1945.

Tak heran jika kemudian ada banyak tempat yang menjadi saksi perjuangan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah. Di momen HUT RI ini, ada banyak tempat di Surabaya yang cocok untuk dikunjungi.

Misalnya Tugu Pahlawan yang berada dalam satu kawasan dengan patung Soekarno-Hatta dan Museum Sepuluh November. Ada pula Hotel Majapahit, Jembatan Merah hingga Museum HOS Tjokroaminoto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tempat-tempat tersebut akan mengajak para pengunjung bernostalgia dengan suasana pada masa penjajahan. Tentunya, pengunjung juga dapat mengambil foto sambil mengenakan kostum HUT RI

Berikut 10 tempat di Surabaya yang cocok dikunjungi selama momen HUT RI:

1. Tugu Pahlawan

Tugu Pahlawan merupakan monumen yang dibangun untuk mengenang jasa para pejuang saat bertempur dengan tentara sekutu di Surabaya. Lokasinya di Jalan Pahlawan, Bubutan, Surabaya.

ADVERTISEMENT

Tugu ini berbentuk layaknya paku terbalik dengan ketinggian sekitar 41,15 meter. Tiang pada tugu terdiri dari 10 lengkungan yang memiliki 11 ruas. Angka-angka tersebut menjadi penanda pertempuran 10 November 1945.

Di sekitar Tugu Pahlawan, terdapat museum, patung proklamator, lapangan, hingga relief perjuangan. Kini, lapangan tersebut kerap difungsikan sebagai tempat upacara dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kenegaraan.

Sementara Museum Sepuluh November diresmikan pada 19 Februari 2000 oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid. Di sana, pengunjung dapat melihat patung, foto, serta koleksi senjata yang digunakan pada masa penjajahan.

2. Gedung Internatio

Bangunan cagar budaya ini terletak di Jalan Jayengrono, Krembengan, Surabaya. Lokasinya tak jauh dari Jembatan Merah Plaza. Melansir drai situs resmi Kemdikbud, Gedung Internatio dibangun pada 1850 karya arsitek terkenal bernama Ir Frans Johan Louwrens Ghijsels.

Gedung Internatio memiliki kaitan peristiwa Pertempuran Surabaya. Pada 25 Oktober 1945, tentara sekutu mendarat di dermaga Tanjung Perak Surabaya dan menempati gedung-gedung penting seperti Gedung Internatio. Tindakan semena-mena itu memicu terjadinya pertempuran antara arek-arek Suroboyo dengan tentara sekutu.

Gedung Internatio terdiri dari tiga lantai. Di sisi depan, terdapat batur pendek yang dibalut dengan tatanan lempengan batu. Gedung ini semakin terlihat mewah dengan adanya pilar dan jendela yang jumlahnya sangat banyak. Lantai Gedung Internatio terbuat dari tegel teraso dengan warna kecoklatan.

3. De Javasche Bank

De Javasche Bank beralamat di Jalan Garuda No 1 Krembangan, Surabaya. Bangunan ini mengusung konsep Neo-Renaissance yang meliliki ciri khas seperti unsur simetris.

De Javasche Bank difungsikan pertama kali pada 14 September 1829 oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada 1951, De Javasche Bank dijadikan sebagai kantor Bank Indonesia perwakilan Surabaya hingga 1972.

Pada 27 Januari 2012, De Javasche Bank ditetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi museum. Ada berbagai koleksi benda-benda unik dan antik di sini, mulai dari uang zaman dahulu, mesin perusak uang, dan mesin penghitung uang logam. Masyarakat yang ingin menelusuri jejak perbankan di Surabaya bisa berkunjung ke De Javasche Bank secara gratis.

4. Jembatan Merah

Jembatan Merah terletak di antara Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun, Krembangan, Surabaya. Nama Jembatan Merah diambil dari warna merah peda pagar besi jembatan.

Pada masa penjajahan Belanda, jembatan ini pernah menjadi lalu lintas utama perdagangan yang melintasi Kalimas dan Gedung Residensi Surabaya. Jembatan merah juga menjadi saksi pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu pada 10 November 1945. Perwira tentara Inggris yang bernama Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945 di sekitar Jembatan Merah.

Hingga kini, Jembatan Merah masih mempertahankan arsitektur yang otentik. Tak jauh dari Jembatan Merah, terdapat beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih difungsikan. Selain itu, ada juga pusat perbelanjaan yang terkenal di Surabaya, yakni Jembatan Merah Plaza.

5. Monumen Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman merupakan salah satu pahlawan nasional yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Taktik perang gerilya yang digunakan Jenderal Soedirman dalam mengusir penjajah Belanda menjadi salah satu taktik terbaik di Indonesia.

Untuk mengenang jasa Jenderal Soedirman, dibangun sebuah monumen yang menggambarkan sosok pahlawan ini. Monumen tersebut terletak di Jalan Yos Sudarso, Surabaya. Monumen Jenderal Soedirman diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 10 November 1970.

Dalam monumen ini, Jenderal Soedirman dibuat dengan posisi tegak. Terdapat sebuah pedang yang menggantung di pinggang sebelah kiri. Pakaian yang dikenakan Jenderal Soedirman dibuat mirip dengan seragam PETA.

6. Hotel Majapahit

Hotel Majapahit lekat dengan peristiwa perobekan bendera Belanda pada 19 September 1945. Hotel yang terletak di Jalan Tunjungan No 56, Genteng, Surabaya ini masih aktif digunakan sampai sekarang.

Sebelum bernama Majapahit, hotel ini sempat berganti nama beberapa kali. Pada tahun 1942, hotel yang didirikan oleh Sarkies Bersaudara ini bernama Oranje. Lalu, ketika Jepang menjajah dan menguasai Indonesia, namanya berganti Yamato. Setelah proklamasi dikumandangkan, nama hotel diganti menjadi Merdeka. Barulah pada tahun 1969, namanya berubah menjadi Majapahit.

Keaslian Hotel Majapahit masih dijaga dengan baik. Salah satu bukti keaslian bangunan adalah ubin marmer yang diimpor langsung dari Belanda. Kamar-kamar yang berjejer di lorong sangat kental dengan nuansa Belanda. Dindingnya dihiasi dengan lukisan yang menggambarkan suasana Surabaya tempo dulu. Selain itu, sudut tempat perobekan bendera Belanda juga masih bisa dilihat.

7. Gedung Cerutu

Sesuai dengan namanya, gedung ini memiliki bagian yang bentuknya menyerupai cerutu. Alamatnya di Jalan Rajawali No 7 Surabaya. Berdampingan dengan Hotel Ibis dan berada di depan Gedung Internatio. Gedung ini masih tetap utuh dan terawat dengan baik.

Gedung Cerutu dibangun pada pada 1916 oleh N.V. Maatsschappij Tot Exploitatie van Het Bureau Gebroders Knaud. Kala itu, gedung ini difungsikan sebagai kantor perusahaan gula. Gedung Cerutu juga pernah digunakan sebagai Kantor Said Oemar Bagil dan kantor Bank Bumi Daya.

Bangunan Gedung Cerutu memiliki warna putih dan atap berwarna merah dengan arsitektur khas Belanda. Pada 2009, Gedung Cerutu ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sesuai SK. Wali kota Surabaya No 188.45/004/402.1.04/1998 No unit 40.

8. Gedung Siola

Gedung Siola merupakan salah satu gedung bersejarah di Surabaya. Letaknya di Jalan Tunjangan, Surabaya. Gedung Siola dibangun pertama kali oleh investor Inggris bernama Robert Laidlaw pada 1877.

Saat itu, Gedung Siola digunakan sebagai pusat jual beli grosir dengan nama Het Engelsche Warenhuis. Pada 1935, gedung tersebut diambil alih oleh pengusaha Jepang. Namanya berubah menjadi Toko Chiyoda yang menjual tas dan koper. Saat Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, gedung tersebut dijadikan sebagai markas dan basis pertahanan rakyat Surabaya dari pasukan sekutu.

Pada 1960, lima pengusaha bernama Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem dan Aang mengontrak gedung tersebut dari Pemkot Surabaya. Mereka menggunakan gedung tersebut sebagai pusat grosir yang diberi nama dari singkatan nama mereka berlima, yakni Siola. Pada 2015, Gedung Siola dijadikan sebagai Museum Surabaya.

9. Museum HOS Tjokroaminoto

Rumah sederhana milik HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Gg VII juga cocok dikunjungi saat HUT RI. Rumah itu pernah menjadi rumah belajar para tokoh muda perintis kemerdekaan.

Rumah itu dibangun sekitar tahun 1870 dengan nuansa khas Jawa. Di bagian depan, terdapat pagar setinggi 1 meter lengkap dengan empat pilar dari kayu. Lantainya berwarna kuning kecokelatan bercampur merah marun.

Berbagai peralatan rumah tangga masih tersusun rapi. Foto-foto kuno HOS Tjokroaminoto saat masih aktif di Serikat Islam terpajang di atas rak. Menariknya, ada juga sebuah kamar yang menyatu dengan bagian atap. Dulu, kamar itu menjadi tempat belajar Soekarno.

10. Balai Pemuda

Pada masa penjajahan Belanda, Balai Pemuda menjadi tempat rekreasi untuk pesta, berdansa hingga bowling. Lokasinya di Jalan Gubernur Suryo No 15, Surabaya. Satu kawasan dengan Alun-alun Surabaya.

Balai Pemuda dibangun pada 1907 dengan gaya arsitektur campuran antara Neo-gothic, renaissance dan klasika romanika. Pada masa kependudukan Jepang, Balai Pemuda menjadi tempat pelesiran bagi opsir Jepang setiap malam.

Setelah kemerdekaan, gedung ini berubah menjadi pusat kegiatan para pemuda yang tergabung dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI). Pada masa Orde Baru, gedung ini digunakan sebagai kantor-kantor pemerintahan dan perkantoran swasta. Seiring berjalannya waktu, Balai Pemuda menjadi menjadi ruang kreativitas bagi pemuda Surabaya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Surganya Bebek Goreng Surabaya dan Ayam 'Gosong' yang Unik"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/sun)


Hide Ads