Biografi Bung Tomo, Pengobar Semangat Tempur di Surabaya

Dina Rahmawati - detikJatim
Senin, 15 Agu 2022 14:41 WIB
Bung Tomo/Foto: Situs Kebudayaan Kemdikbud
Surabaya -

Bung Tomo merupakan salah satu sosok yang berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Bung Tomo mampu membakar dan membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk melawan para penjajah.

Selain dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia, Bung Tomo merupakan seorang jurnalis, orator ulung dan termasuk pendiri Tentara Keamanan Rakyat.

Bung Tomo juga sempat menjadi Mayor Jenderal TNI AD. Serta menjadi Koordinator Bidang Informasi dan Perlengkapan perang untuk AD, AL dan AU.

Untuk mengenal Bung Tomo lebih dekat, simak biografinya berikut ini:

Riwayat Keluarga Bung Tomo

Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Kampung Blauran, Surabaya dengan nama asli Sutomo. Bung Tomo merupakan anak sulung dari pasangan suami istri Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita.

Ayahnya adalah seorang priayi golongan menengah yang pernah bekerja sebagai staf perusahaan swasta, asisten kantor pajak, pegawai perusahaan ekspor-impor Belanda, hingga pegawai pemerintah.

Sementara ibunya merupakan seorang perempuan berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Bung Tomo memiliki 5 adik, yakni Sulastri, Suntari, Gatot Suprapto, Subastuti, dan Hartini.

Pada 19 Juni 1947, Bung Tomo menikah dengan seorang mantan perawat Palang Merah Indonesia (PMI) yang bernama Sulistina. Pasangan ini dikaruniai empat anak, yakni Titing Sulistami, Bambang Sulistomo, Sri Sulistami, dan Ratna Sulistami.

Riwayat Pendidikan Bung Tomo

Mengutip dari buku Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November karya Abdul Waid, pendidikan Bung Tomo dimulai dari Sekolah Rakyat (SR) atau Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Surabaya.

Setelah itu, Bung Tomo melanjutkan pendidikan ke sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Di sana, Bung Tomo belajar beragam mata pelajaran seperti matematika, ilmu sosial, sejarah hingga bahasa Jerman, Prancis, dan Inggris. Sikap kritis dan keberanian Bung Tomo juga semakin bertambah.

Namun, Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO saat berusia 12 tahun. Kondisi krisis ekonomi dunia membuat semua aspek pembangunan terhambat, termasuk aspek pendidikan. Bung Tomo pun sibuk bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Keluarga Bung Tomo sangat mementingkan pendidikan. Karena itu, Bung Tomo kemudian dimasukkan ke Hoogere Burgerschool (HBS). Bersekolah di HBS membuat Bung Tomo semakin sadar jika penjajahan Belanda bukan hanya dari segi fisik, tetapi juga dari sistem pendidikan yang diskriminatif.

Selain itu, pelajaran yang diberikan terlalu berat. Biaya sekolah juga cukup mahal. Hal ini membuat pendidikan Bung Tomo di HBS menjadi terbengkalai. Namun, keluarga Bung Tomo mendesaknya untuk menyelesaikan pendidikan di HBS. Akhirnya Bung Tomo lulus dari HBS dengan cara korespondensi.

Pada 1959, Bung Tomo kembali didesak keluarga untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Bung Tomo pun berkuliah di Universitas Indonesia (UI). Atas usulan keluarga, Bung Tomo memilih Fakultas Ekonomi. Kuliah Bung Tomo sempat terhambat lantaran mengikuti berbagai aktivitas perjuangan kebangsaan. Meski begitu, Bung Tomo bisa menyelesaikan kuliahnya dan dinyatakan lulus pada 1969.

Perjalanan Karier Bung Tomo

Dilansir dari laman Perpustakaan Sekretariat Negara, Bung Tomo sudah aktif mengikuti berbagai organisasi di usia mudanya. Kiprah Bung Tomo berawal dari organisasi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada 1937, Bung Tomo dipercaya menjadi Sekretaris Partai Indonesia Raya (Parindra) Ranting Anak Cabang di Tembok Duku, Surabaya.

Bung Tomo juga aktif dalam dunia jurnalistik. Bung Tomo tercatat pernah menjadi wartawan lepas harian Soeara Oemoem Surabaya tahun 1937, redaktur mingguan Pembela Rakyat Surabaya tahun 1938, wartawan dan penulis pojok harian Ekspres Surabaya tahun 1939, pembantu koresponden Majalah Poestaka Timoer Jogjakarta untuk Surabaya di bawah naungan Anjar Asmara tahun 1940, wakil pemimpin redaksi Kantor Berita Domei bagian bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya tahun 1942-1945, serta pemimpin redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya tahun 1945.

Di masa revolusi, Bung Tomo pernah menjabat sebagai Ketua Umum Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) pada 12 Oktober 1945 sampai Juni 1947. Bung Tomo juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Soedirman, ketua Badan Koordinasi Produksi Senjata seluruh Jawa dan Madura, anggota pucuk pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Staf Gabungan Angkatan Perang Republik Indonesia, serta ketua Panitia Angkatan Darat yang membawahi bidang kereta api dan bus antarkota.



Simak Video "Video Fadli Zon: Soeharto Sangat Layak Diberi Gelar Pahlawan Nasional"

(sun/sun)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork