Menengok Petik Laut Nelayan Situbondo Larung Kepala Sapi Saat Bulan Suro

Menengok Petik Laut Nelayan Situbondo Larung Kepala Sapi Saat Bulan Suro

Chuk Shatu Widarsha - detikJatim
Minggu, 14 Agu 2022 12:49 WIB
Petik Laut Nelayan Situbondo
Larung kepala sapi di Situbondo (Foto: Chuk Shatu Widarsha/detikJatim)
Situbondo -

Ratusan warga Kecamatan Panarukan, Situbondo, tetiba mengarak kepala sapi. Kepala mamalia yang ditaruh di sebuah tampah lantas dinaikkan ke sebuah perahu untuk dilarung.

Gambaran di atas merupakan salah satu prosesi acara Rokat Tasek (Bahasa Madura, artinya meruwat laut). Dalam istilah kekinian kerap disebut sebagai Petik Laut.

Rokat Tasek atau Petik Laut memang digelar tiap tahun warga Desa Kilensari, Panarukan, Situbondo. Biasanya, Rokat Tasek digelar warga yang mayoritas sebagai nelayan ini setiap pertengahan bulan Suro atau Muharam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut warga setempat, prosesi Rokat Tasek bagian dari upaya melestarikan tradisi nenek moyangnya. Karena tradisi tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang.

"Dari sejak saya kecil, di daerah sini memang sudah ada tradisi ini," ujar Bunadin (67), warga setempat, saat berbincang dengan detikJatim, Minggu (14/8/2022).

ADVERTISEMENT

Sementara Kepala Desa Panarukan Erfan Reskafanda mengatakan, kegiatan Rokat Tasek ini memang merupakan kegiatan rutin setiap tahun digelar oleh para nelayan kampung pesisir.

"Selain sebagai wujud syukur terhadap Allah SWT, diharapkan dengan ruwatan laut ini, para nelayan diberi keselamatan saat laut, serta diberi rezeki yang melimpah," ujar Erfan.

Petik Laut Nelayan SitubondoPetik Laut Nelayan Situbondo di bulan Suro/ Foto: Chuk Shatu Widarsha

Selain melarung kepala sapi ke laut, dalam prosesi itu para nelayan kampung pesisir juga melarung semua hasil bumi ke laut.

Sementara Bupati Situbondo, Karna Suswandi, yang juga turut hadir mengikuti prosesi Rokat Tasek tersebut mengaku sangat mengapresiasi prosesi tersebut.

"Ini luar biasa. Tradisi sebagai rasa syukur para nelayan ini bisa disinergikan dengan pariwisata dan budaya. Kalau perlu, nanti dikemas menjadi agenda tahunan yang lebih bagus dan meriah," tandas Karna Suswandi.

Pantauan di lapangan, kepala sapi yang ditaruh di sebuah tampah dan dihias untaian bunga melati dan sejumlah bunga lainnya. Kepala sapi itu lantas dibawa ke perahu yang juga dihias bermacam untaian kertas warna-warni.

Bahkan, sebagian nelayan juga melengkapi perahu motornya dengan sound system. Lagunya pun merupakan lagi atau gending-gending Madura. Mereka juga menghias perahu-perahunya dengan bermacam hiasan.

Kepala sapi lantas dibawa ke tengah laut, diiringi perahu nelayan lainnya. Suasana prosesi tampak gempita. Berbaur antara suara gending-gending kidungan berasal dari sound system dan teriakan suka cita para nelayan.

Sementara di bibir pantai warga dan pengunjung juga bersorak sorai, mengiringi laju perahu peserta prosesi yang makin menjauh dari bibir pantai.




(fat/fat)


Hide Ads