10 Film Indonesia Bertema Kemerdekaan yang Bisa Bangkitkan Jiwa Nasionalisme

10 Film Indonesia Bertema Kemerdekaan yang Bisa Bangkitkan Jiwa Nasionalisme

Tim detikJatim - detikJatim
Sabtu, 13 Agu 2022 12:48 WIB
Poster Film Bumi Manusia.
Poster film Bumi Manusia/Foto: Dok. Falcon Pictures
Surabaya -

Peringatan HUT ke-77 RI pada 17 Agustus 2022 selalu berlangsung semarak. Berbagai kegiatan seru digelar dalam memeriahkan momentum ini. Sejumlah lomba hingga perayaan, ramai digelar di kampung hingga sejumlah instansi. Tak ketinggalan, perayaan ini ditutup dengan upacara bendera.

Untuk memompa rasa cinta pada tanah air, ternyata bisa dilakukan dengan sejumlah hal. Tak melulu dengan mengikuti perlombaan hingga pawai, namun masyarakat bisa menambah pengetahuan soal kemerdekaan melalui film.

Di Indonesia, ada sejumlah film yang bisa memompa jiwa patriotisme. Menonton film bertema kemerdekaan ini bisa mengenang jasa para pahlawan. Film bertema kemerdekaan bisa diakses melalui berbagai layanan streaming online seperti Netflix, Vidio, dan Disney+ Hotstar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menambah wawasan tentang sejarah kemerdekaan Indonesia, menonton film karya sutradara tanah air juga turut membantu industri kreatif Indonesia semakin berkembang.

detikJatim menghimpun 10 film Indonesia yang bertema kemerdekaan, simak yuk:

ADVERTISEMENT

Bumi Manusia (2019)

Film garapan Hanung Bramantyo ini diadaptasi dari buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Film ini mengisahkan Minke dan Annelies. Pria ningrat Jawa dan wanita blasteran Belanda yang saling jatuh cinta.

Cinta mereka tumbuh di antara banyaknya permasalahan sosial dan ketidakadilan di masa penjajahan Belanda. Pada 2020, Bumi Manusia berhasil menyabet sejumlah penghargaan Film Terpuji, Sutradara Terpuji, Pemeran Utama Pria Terpuji, dan Penulis Skenario Terpuji di Festival Film Bandung.

Film ini juga menyeret perhatian masyarakat dengan pemain Iqbaal Ramadhan, Mawar de Jongh, Sha Ine Febriyanti

Kartini (2017)

Film Kartini juga digarap sutradara kondang Hanung Bramantyo. Film yang dirilis pada 2017. Sosok Kartini diperankan dengan baik dan anggun oleh artis kenamaan Indonesia, Dian Sastrowardoyo.

Sosok pejuang emansipasi wanita benar-benar digambarkan dalam film ini. Sebagaimana sosok kartini yang digambarkan sebagai sosok yang berani, kuat, dan cerdas sebagai perempuan.

Film Kartini juga menyabet penghargaan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dari Festival Film Indonesia 2017 yang diraih oleh Christine Hakim.

Battle of Surabaya (2015)

Battle of Surabaya adalah Film animasi 2D arahan sutradara Aryanto Yuniawan. Film ini rilis pada 2015 lalu. Film ini mengadaptasi kisah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Battle of Surabaya fokus pada petualangan Musa yang bekerja sebagai tukang semir sepatu. Saat itu, Musa dipercaya untuk menjadi kurir surat dan kode-kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan yang didirikan Bung Tomo.

Sebagai kurir, Musa melalui berbagai peristiwa. Mulai dari kehilangan harta hingga ditinggal oleh orang-orang yang dikasihi. Selain menghadirkan tokoh-tokoh nyata, ada beberapa tokoh fiktif yang sengaja dibuat untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Yakni pesan tentang semangat, cinta tanah air, dan perdamaian.

Battle of Surabaya telah meraih sejumlah penghargaan internasional. Beberapa di antaranya adalah Winner Gold Remi Award 49th WorldFest-Houston 2016 di Texas, Best Feature Animation Movie dalam International Film Festival 2016 di India, dan Grandprize for Feature Film in The 20th Seoul International Cartoon and Animation Festival 2016 di Korea Selatan.

Ada film Tjokoraminoto Soekarno, di halaman selanjutnya!

Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015)

Sesuai dengan judulnya, film ini menceritakan kisah perjuangan sosok Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang diperankan Reza Rahadian. Film karya sutradara Garin Nugroho ini telah rilis pada tahun 2015 silam.

HOS Tjokroaminoto terlahir dari keluarga bangsawan dan terpelajar. Sejak kecil, HOS Tjokroaminoto sudah merasa prihatin terhadap rakyat Indonesia yang tersiksa akibat perlakuan penjajah. Hal ini membuatnya bertekad untuk meninggalkan status kebangsawanannya. HOS Tjokroaminoto memutuskan untuk pindah ke Surabaya bersama istri dan anaknya agar lebih mengetahui realita sosial.

HOS Tjokroaminoto kerap menyuarakan aspirasi melawan kolonial Belanda melalui tulisannya di surat kabar. Di sisi lain, Haji Samanhoedi dari Surakarta mengajak HOS Tjokroaminoto untuk memimpin organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang sedang dibekukan oleh Belanda.

Pada tahun 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam (SI). Organisasi ini bertujuan untuk merangkul pemuda Indonesia dalam melawan rezim kolonial Belanda. Rakyat pun menerima keberadaan SI dengan baik. Namun, kemunculan gerakan HOS Tjokroaminoto mulai menjadi ancaman bagi Belanda.

Soekarno (2013)

Film Soekarno ini garapan sutradara ternama Hanung Bramantyo. Film ini menceritakan perjalanan hidup Soekarno sebagai sang proklamator bangsa.

Sosok Bung Karno diperankan dengan apik oleh Ario Bayu. Di film ini, Ario Bayu beradu peran dengan Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, hingga Sujiwo Tejo. Karena sarat nilai perjuangan, film dengan durasi 137 menit ini berhasil menyabet gelar Film Terpuji dari Festival Film Bandung (FFB) ke-27 pada 2014.

Sang Kiai (2013)

Sang Kiai merupakan film yang disutradarai oleh Rako Prijanto. Film yang dirilis pada tahun 2013 ini menceritakan kisah para pejuang Indonesia terhadap penjajah Jepang.

Kisah bermula saat masa kependudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Rupanya, Jepang tidak lebih baik dari Belanda. Jepang melarang pengibaran bendera Merah Putih, pemutaran lagu Indonesia Raya, hingga memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan seikerei atau penghormatan kepada Dewa Matahari.

KH Hasyim Asy'ari, pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, menentang keinginan Jepang. Sebab, peraturan tersebut dianggap melanggar akidah Islam. KH Hasyim Asy'ari pun ditangkap. Para santri yang mengetahui gurunya ditangkap tidak tinggal diam. Mereka mencari cara untuk membebaskan sang kiai.

Beberapa waktu kemudian, KH Hasyim Asy'ari berhasil dibebaskan. Namun, Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Rakyat Indonesia tentu tidak setuju dengan keputusan tersebut, hingga memicu terjadinya perang antara rakyat dengan tentara Jepang.

Merah Putih (2009)

Berbeda dengan film lainnya, Film Merah Putih merupakan kolaborasi rumah produksi nasional dengan internasional. Film ini dirilis pada 2009. Merah Putih merupakan film pertama dari trilogi film bertema perjuangan lainnya, yaitu Darah Garuda (2010), dan Hati Merdeka (2011).

Film Merah Putih mengisahkan peristiwa Agresi Militer Belanda 1 pada 1947. Merah Putih diperankan secara apik oleh Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Teuku Rifnu, Zumi Zola, dan Darius Sinathrya.

Film yang tayang di bawah tahun 2000-an, di halaman selanjutnya!

Janur Kuning (1979)

Jika kamu pecinta film lawas, jangan sampai melewatkan film janur kuning ya. Film Janur Kuning menceritakan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam meraih kembali kemerdekaannya yang direbut pasukan sekutu.

Film ini mengisahkan seorang perwira muda, Letkol Soeharto. Dalam film, ia meyakinkan Jenderal Sudirman untuk kembali ke Yogyakarta. Film Janur Kuning pernah masuk nominasi pada Piala Citra untuk kategori Aktor Pendukung Terbaik.

Doea Tanda Mata (1985)

Film ini menceritakan kisah dua perwira berlatar belakang beda. Namun, keduanya berjuang bersama. Film ini diproduksi oleh Cinema Delapan dan Benoa, dengan produser Alfani Wiryawan.

Dalam penggarapannya, tim produksi melakukan riset mendalam untuk mendapatkan informasi terkait kehidupan dan kegiatan di Akademi Militer (Akmil) Magelang kala itu.

Tjoet Nja Dhien (1988)

Film Tjoet Nja Dhien merupakan film biografi yang menceritakan tentang perjuangan seorang wanita asal Aceh bernama Tjoet Nja Dhien. Film ini berkisah tentang perjuangan Tjoet Nja Dhien saat melawan penjajahan Belanda pada masa perang Aceh.

Tjoet Nja Dhien berhasil memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Bahkan, beberapa waktu lalu, film ini direstorasi di Belanda, dan ditayangkan kembali di bioskop.

Halaman 2 dari 3
(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads