15 Pahlawan Nasional dari Jawa Timur, Mulai Soekarno hingga Soekarni

Dina Rahmawati - detikJatim
Jumat, 05 Agu 2022 18:59 WIB
Saat Bendera Merah Putih sepanjang 2 ribu meter dibentangkan di Tugu Pahlawan/Foto: Antara Foto/Zabur Karuru
Surabaya -

Tanggal 17 Agustus diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Momen tersebut menjadi waktu yang tepat untuk mengenang jasa para pahlawan Indonesia.

Pahlawan-pahlawan tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Di Jawa Timur ada sejumlah pahlawan nasional yang masih dikenang oleh masyarakat sampai saat ini.

Berikut 15 pahlawan nasional dari Jawa Timur beserta profil singkatnya, seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Sosial:

1. Ir Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama kecil Kusno Sosrodihardjo.

Soekarno merupakan anak dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Nama kecil Soekarno diganti agar tidak sakit-sakitan.

Sejak kecil, Soekarno sudah menjadi anak yang berprestasi dan mampu menguasai banyak bahasa. Soekarno senang belajar banyak hal dengan tokoh-tokoh hebat Indonesia.

Tahun 1926, Soekarno mendapat gelar insinyur setelah menyelesaikan masa pendidikannya di Technische Hooge School (THS) jurusan teknik sipil atau ITB. Ir Soekarno memiliki jasa yang besar untuk kemerdekaan Indonesia. Ir Soekarno wafat pada 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

2. Sutomo

Sutomo atau yang lebih dikenal Bung Tomo merupakan pahlawan kelahiran Surabaya pada 3 Oktober 1920. Bung Tomo adalah anak dari pasangan Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita.

Semasa muda, Bung Tomo begitu aktif dalam berbagai kegiatan. Seperti menjadi sekretaris Partai Indonesia Raya Ranting Anak Cabang di Tembok Duku, Surabaya tahun 1937, wartawan lepas Harian Soeara Oemoem di Surabaya tahun 1937, dan pemimpin redaksi kantor Berita Antara di Surabaya tahun 1945.

Bung Tomo punya peran penting dalam peristiwa pertempuran 10 November 1945. Dengan pidatonya, Bung Tomo mengobarkan semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara sekutu.

Bung Tomo meninggal dunia saat melaksanakan ibadah haji di Padang Arafah. Jasadnya dimakamkan di daerah Ngagel, Surabaya.

3. HOS Tjokroaminoto

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir pada 6 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur. Tjokroaminoto merupakan anak kedua dari R.M. Tjokroamiseno.

Sejak kecil Tjokroaminoto mengenyam pendidikan di sekolah Belanda. Setelah lulus dari OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), Tjokroaminoto bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi. Setelah itu, Tjokroaminoto diangkat sebagai pembantu utama patih di Ngawi.

Pada 1905, Tjokroaminoto pindah ke Surabaya dan melanjutkan pendidikan di Burgerlijke Avondschool. Tjokroaminoto kemudian diajak oleh Haji Samanhudi untuk bergabung ke Sarekat Dagang Islam.

Saat bergabung pada 1912, Tjokroaminoto mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Tjokroaminoto wafat di Yogyakarta pada 17 Desember 1934.

4. Abdul Halim Perdanakusuma

Abdul Halim Perdanakusuma adalah seorang pahlawan nasional yang lahir di Sampang pada 18 November 1922. Halim merupakan putra dari patih Sumenep, Haji Abdul Gani Wongsotaruno.

Setelah tamat dari sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Surabaya, Halim dikirim ke Magelang untuk menempuh pendidikan di OSVIA. Namun, Perang Dunia II pecah di Eropa pada akhir tahun 1939. Sehingga pendidikan Halim terputus diganti dengan wajib militer.

Abdul Halim Perdanakusuma meninggal pada 14 Desember 1947 saat tengah menjalankan tugas perang. Waktu itu, Halim ditugaskan untuk membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dari Thailand. Namun, pesawat yang dinaiki terjebak dalam cuaca buruk sehingga jatuh di Malaysia.

5. Soeprijadi

Soeprijadi lahir pada 13 April 1923 di Trenggalek, Jawa Timur. Usai lulus dari MULO, Soeprijadi melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pamong Praja Magelang.

Namun, Jepang menyerbu Indonesia sebelum Soeprijadi lulus. Setelah sempat mengikuti Seimendoyo (pelatihan semi-militer kepemudaan) di Tangerang, Soeprijadi bergabung dengan PETA yang ditugaskan di Blitar, Jawa Timur. Saat itu, Soeprijadi menyaksikan penderitaan para pekerja romusha.

Oleh karena itu, Soeprijadi ingin memberontak melawan Jepang. Pemberontakan PETA terhadap Jepang dimulai pada 14 Februari 1945.

Namun, Jepang dapat menyelesaikan pemberontakan tersebut. Beberapa tentara dihukum mati, sementara yang lainnya dipenjara. Tetapi Soeprijadi melarikan diri dan tidak pernah muncul lagi.




(sun/sun)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork