Puluhan Warga Kediri Gelar Tradisi Barikan di Desa Sumbercangkring

Puluhan Warga Kediri Gelar Tradisi Barikan di Desa Sumbercangkring

Andhika Dwi - detikJatim
Sabtu, 30 Jul 2022 18:59 WIB
Tradisi Barikan di Kediri kembali dilestarikan oleh warga
Tradisi Barikan di Kediri kembali dilestarikan oleh warga. (Foto: Andhika Dwi/detikJatim)
Kediri -

Puluhan orang warga Kabupaten Kediri menggelar tradisi Barikan. Barikan adalah tradisi berdoa dan menggelar makan tumpeng bersama di awal Bulan Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharam.

Tradisi Barikan oleh Warga Desa Sumbercangkring Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri ini digelar di tanah yang dipercaya menjadi cikal bakal desa itu.

Sejak 1 Muharam 1325 hijriah atau 1907 Masehi, tradisi ini sekaligus menjadi upaya warga untuk membangkitkan kembali sejarah masa lampau untuk terus dilestarikan berupa arak arakan tumpeng lengkap oleh warga dan puluhan santri Pondok Pesantren Pari Ulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Barikan sendiri adalah tradisi Nusantara yang biasa dilakukan masyarakat Jawa dengan tujuan untuk melakukan tolak bala (mara bahaya) agar hidup terhindar dari bencana alam atau berbagai penyakit, baik yang menyangkut tanaman, hewan dan manusia.

Usai mengarak 70 tumpeng keliling desa, tumpeng yang terdiri dari buah dan ayam ingkung milik warga ini dikirab di sepanjang jalan desa. Warga lantas mengikuti doa bersama di tanah yang konon dipercaya jadi cikal bakal Desa Sumbercangkring lalu menyantapnya bersama-sama.

ADVERTISEMENT

Tokoh masyarakat Desa Sumber Cangkring dan Pengasuh Ponpes Pari Ulu Sumber Cangkring Gurah KH Mustain Ansori menjelaskan tentang tradisi itu. Apa yang dilakukan warga dan santri adalah tradisi dan sarana warga untuk melestarikan kebudayaan.

Tradisi Barikan di Kediri kembali dilestarikan oleh wargaTradisi Barikan di Kediri kembali dilestarikan oleh warga. (Foto: Andhika Dwi/detikJatim)

"Jadi (tradisi) tumpeng ini hanya sebagai sarana saja, mempermudah melakukan pemanfaatan doa di situs ini, orang nyebut Situs Sentono Cangkring. Untuk mengenang awal mula babat tanah (desa) Sumbercangkring, dan ini tempatnya. Sekaligus ini kan tradisi yang sudah lama sekali tidak dilakukan, kami hidupkan kembali," kata salah satu tokoh masyarakat KH Mustain Anshori. Sabtu (30/7/2022).

Dia menjelaskan acara tradisi kirab tumpeng setiap tanggal 1 Suro ini dilakukan untuk mendapatkan keberkahan. Terutama di era sekarang di mana Pandemi COVID-19 atau pun penyakit lainnya masih menyebar luas di masyarakat.

Berdasarkan cerita masyarakat, tradisi ini pernah dilakukan sebelumnya, yakni sejak abad 19 silam. Namun minimnya pelestarian adat budaya membuat tradisi itu sempat hilang dan tidak lagi dilanjutkan. Karena itu masyarakat setempat bersama-sama membangun kembali tradisi yang sudah ada.

"Ini (tradisi) dibangun kembali untuk mengenang kembali sejarah dan salah satunya disini, situs ini (Sentono) sudah ada, sebelum desa ini didirikan," Imbuh KH Mustain.

Sedangkan makna dari kirab tumpeng ini sendiri, kata KH Mustain, sebagai keseimbangan alam flora dan fauna di dalam kehidupan bermasyarakat. Supaya bangsa Indonesia, khususnya Desa Sumbercangkring, selalu mendapatkan berkah dari alam.

"Maka selamatan ada buah, ayam ingkung dan makanan, sebagai perumpamaan. Agar desa ini, khususnya Indonesia benar-benar menjadi negeri yang kaya akan segalanya. Harapannya begitu," pungkas Mustain.




(dpe/sun)


Hide Ads