Malam 1 Suro atau 1 Muharam dimanfaatkan sejumlah orang untuk menjamas atau mencuci keris. Tujuannya, untuk membersihkan pusaka para leluhur mereka dari kotoran, serta melestarikan besi tetap terjaga.
Di Surabaya yang notabene sebagai kota metropolitan, hal ini masih ditemukan. Alasannya, tak lain untuk menjaga tradisi budaya secara turun-temurun.
Pada malam Tahun Baru Islam, mayoritas masyarakat Jawa memang identik mencuci benda pusaka, salah satunya adalah keris. Dalam prosesnya, ritual ini membutuhkan sejumlah sesajen. Mulai dari kopi, telur ayam kampung, pisang, kemenyan, kelapa, hingga kembang melati.
Kali ini, detikJatim bertemu dengan salah satu warga Medokan, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Budi Mulyono. Di sana, ia dibantu beberapa orang 'khusus' menjamas sejumlah keris pusaka.
Tujuan Penjamasan Keris jelang 1 Suro
Budi mengatakan, ritual tersebut ia awali dengan mencuci keris dengan air biasa, mengeringkan, melumasi dengan minyak, hingga memasang sejumlah partikel yang sebelumnya dibongkar terlebih dulu. Ia mengaku, kerap melakukan hal serupa setiap tahunnya.
Menurutnya, hal itu dilakukan bukan semata-mata 'klenik'. Namun, murni menjaga, meneruskan, dan menghormati tradisi yang turun temurun dari sang empunya.
"Memandikan keris ini untuk melestarikan tradisi serta menjaga pusaka dari para leluhur. Karena, budaya yang sangat tinggi nilai seninya," kata Budi kepada detikJatim, Sabtu (30/7/2022).
Berdasarkan rekomendasi dari teman itu lah, ia pun mulai membersihkan keris sejak puluhan tahun silam. Walau tidak dalam momen Tahun Baru Islam pun, ia mengaku kerap merawat keris miliknya.
"Tidak ada hari spesial, kalau pas lagi nganggur ya saya bersihkan dan kasih minyak," tuturnya.
Dalam merawat keris, umumnya ada beberapa ritual yang dilakukan. Mulai dari menyiapkan bunga 7 rupa, kopi, hingga rokok. Ia pun mengamininya.
"Setiap orang punya cara yang berbeda-beda cara, tapi bukan berarti kita memuja-muja, hanya meneruskan tradisi nenek moyang," beber dia.
Mencintai Pusaka Keris Bersejarah nan Estetik
Budi menjelaskan, ia mulai mencintai keris sejak puluhan tahun lalu. Saat itu, ia dikenalkan teman hingga saudara dengan keris. Sembari mempelajari, ia mengaku kepincut dengan pusaka asal Jawa itu
Kendati kuno, Budi menilai benda serupa tak bakal bisa diciptakan lagi di era sekarang. Mulai dari bentuk, ukuran, hingga nuansa magis.
"Saya kira, 'empu-empu' saat ini belum tentu dapat membuat keris seindah orang dulu, meski ada teknologi yang maju," ujarnya.
Keris sempat berdiri sendiri, di halaman selanjutnya!
(hil/sun)