Bulan Bung Karno di Blitar, Pelukis Malang Melukis Ekspresi Kebangsaan

Bulan Bung Karno di Blitar, Pelukis Malang Melukis Ekspresi Kebangsaan

Erliana Riady - detikJatim
Kamis, 16 Jun 2022 12:06 WIB
Mbah Yit ekspresikan pesan kebangsaan dengan melukis
Mbah Yit ekspresikan pesan kebangsaan dengan melukis (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar -

Beragam cara dilakukan masyarakat untuk mengisi Bulan Bung Karno. Seperti pelukis Prayitno yang mengekspresikan pesan kebangsaan melalui sapuan cat akriliknya di atas kanvas.

Ada lima kantong plastik berisi cat akrilik berwarna putih, hitam, merah, kuning dan hijau. Pria berusia 65 tahun itu begitu luwes mengeluarkan cat dari ujung plastik yang telah dipotong dengan gunting. Satu sapuan warna cat, kemudian berpendar mengikuti arah gerak telapak tangan yang mulai mengeriput.

Tak sampai 15 menit, lukisan ekpresionis dengan obyek barong Bali bisa dinikmati pengunjung yang datang di pameran lukis di areal Perpustakaan Proklamator hari ini. Selain lukisan barong Bali, Mbah Yit panggilan akrab pelukis Singosari, Kabupaten Malang ini juga memamerkan beberapa lukisan karyanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun semua obyek lukisan itu merupakan relief candi. Seperti relief Ganesha yang berjudul Ganesha Bela Swarga, relief Kinara Kinari Mahakala yang merupakan sinkretisme Hindu dan Budha. Kemudian relief Garuda yang berada di artefak Candi Kidal, ada juga beberapa lukisan panil relief fabel. Seperti fabel Penyu Terbang dan Srigala, Kunjorokaro Sobo Mahameru dan Wregul Mustiko.

"Pesan Bung Karno itu jas merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Obyek saya dari relief candi-candi ini, karena banyak pesan moral yang membangun peradaban bangsa ini yang kita ketahui dari situs-situs sejarah itu. Ketika saya ekspresikan ke dalam lukisan, saya berharap bisa dilihat dan menjadi bahan pembelajaran anak-anak muda untuk tidak melupakan sejarah budaya bangsanya," kata Mbah Yit kepada detikJatim, Kamis (16/6/2022).

ADVERTISEMENT

Selama pameran yang digelar tiga hari ini, Mbah Yit akan berbagi ilmu menjaga produktifitas melukis di usia menjelang senja. Dan bagaimana mensiasati harga cat lukis yang makin mahal di saat apresiasi pada lukisan masih terpinggirkan.

"Cat akrilik ini saya bikin sendiri. Harganya jauh lebih murah. Saya punya prinsip, nglukis iku kudu iso mbandani. Ojo kuwalik, urip gawe mbandani lukisan (melukis itu harus bisa menghidupi. Bukan sebaliknya, kita menghidupi lukisan)," tandasnya.

Melalui pameran lukisan ini, Galarindo sebagai penyelenggaraan mengusung misi mengangkat derajat lukisan di Indonesia. Direktur Galarindo, Heksa Galuh Wicaksono menilai, saat ini profesi dan karya pelukis masih terpinggirkan. Hal ini karena masih minimnya karya lukis mendapat ruang untuk berpameran dan mendapat apresiasi dari masyarakat umum.

"Bung Karno itu pemimpin yang sangat mencintai dan penikmat karya seni. Banyak koleksi lukisannya. Saya berharap, dengan pameran di tempat yang representatif seperti Perpus BK ini, menstimuli referensi dan literasi kita tentang karya lukis. Karena dengan referensi dan literasi yang bagus, apresiasi terhadap karya lukis juga akan makin berkembang. Dan ini tentu meningkatkan derajat hidup sekaligus ekonomi para seniman lukis kita," pungkasnya.




(abq/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads