Kenangan Indah Seorang Nenek Saat Movie Date di Bioskop Lawas Surabaya

Kenangan Indah Seorang Nenek Saat Movie Date di Bioskop Lawas Surabaya

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Sabtu, 11 Jun 2022 13:53 WIB
Bioskop Indra Surabaya
Bioskop Indra, yang dulunya merupakan lokasi Bioskop Maxim di Jalan Panglima Sudirman (Foto: Sumber: Surabaya Punya Cerita)
Surabaya - Bioskop lawas di Surabaya membangkitkan kenangan manis dari muda-mudi kala itu. Salah satunya, seorang nenek di Surabaya. Ia kembali mengingat momentum saat berkencan sambil menonton film bersama kekasih yang kini menjadi suaminya.

Movie date ini dilakukan di Bioskop Luxor dan Maxim. Diketahui, Bioskop Luxor merupakan 1 dari sekian gedung bioskop yang berkategori AA atau VVIP. Selain tempatnya mewah, film yang disuguhkan juga selalu film barat Box Office dan Hollywood.

Namun, bioskop yang dulunya berada di Jalan Pahlawan ini tak begitu besar. Namanya juga mengalami pergantian menjadi bioskop Jaya. Sayang, kini Luxor sudah tak beroperasi lagi. Sebab, digusur untuk perluasan kawasan Tugu Pahlawan.

Begitu juga dengan gedung bioskop Maxim di Jalan Panglima Sudirman. Sayangnya, bioskop ini hanya bertahan sejak 1949 hingga 1950 saja. Kemudian muncul Bioskop Indra hingga kembali gulung tikar ketika tak mampu mengikuti kemajuan zaman.

Nenek yang bernostalgia tersebut yakni Tjutjuk Soepijaningsih, warga Jambangan 7B, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya. Kepada detikJatim, ia mengkisahkan pengalamannya menikmati bioskop di masa remaja bersama almarhum suaminya, Muhammad Yusuf.

Tepatnya di tahun 1955 hingga 1980, ia merasa masa tersebut adalah masa indah baginya. Saat itu, ia menjelajah satu bioskop ke bioskop lain bersama suaminya menggunakan Vespa PX warna putih.

"Dulu, sering ke Maxim sama Luxor bareng Yangkung (M Yusuf)," kata wanita yang memiliki 3 cucu dan 3 buyut itu kepada detikJatim, Jumat (10/6/2022).

Sembari berkaca-kaca, Tjutjuk menjelaskan alasannya kerap berkunjung ke 2 bioskop itu. Alasan pertama, lantaran memiliki banyak kerabat dan rekan yang bekerja di sana. Selain itu, gambar dan film yang disuguhkan dinilai lebih bagus pada zamannya.

"Kalau luxor banyak dulu famili yang jadi pengurus di sana, gedungnya ya bagus dan filmnya 3D, zaman dulu sudah bagus, itu di tahun 1970-an, pas sek enom (waktu masih muda) kok," ujarnya.

Saking lamanya, Tjujuk mengaku sudah lupa harga tiket kala itu. Namun, tidak demikian dengan kenangan bersama almarhum suaminya.

"Kalau harga tiketnya ya lupa, tapi waktu itu pas mau beli tanah di Jambangan, waktu itu harga per meternya masih Rp 2.000," tuturnya.

Dengan nada lirih, wanita yang sempat tinggal di Jalan Pulo Wonokromo dan Gubeng, Surabaya itu menceritakan pengalamannya pascamenonton bioskop. Ia kerap berkunjung ke depot langganannya di kawasan Pasar Besar atau sekitaran Tugu Pahlawan

"Dulu, setelah nonton di Maxim dan Luxor, sering mampir ke depot kecil di sebelahnya, selalu pesan lemper bakar sama susu gula aren. Itu kesukaan Yangkung," katanya.

Ia lantas menyayangkan animo dan keberadaan gedung bioskop yang kini sudah beralih fungsi. Menurutnya, saking banyaknya tontonan dan medium yang ada, seolah menurunkan minat masyarakat untuk menonton bioskop.


(hil/sun)


Hide Ads