Pada masa kejayaannya, Bioskop Mitra dan Indra menjadi primadona masyarakat di Surabaya. Lokasi dua gedung bioskop ini berhadapan di pusat kota Surabaya. Bahkan, kerap menjadi jujukan 'anak gaul' pada masanya.
Namun, kedua gedung bioskop tersebut kini hanya tinggal kenangan. Saat ini, gedung bioskop sudah beralih fungsi.
Untuk Bioskop Mitra yang notabene masih satu kompleks dengan Balai Pemuda, dijadikan tempat pertunjukan, teater, hingga alun-alun Surabaya. Sementara, Bioskop Indra mangkrak tak terawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat sejarah di Surabaya, Dhahana Adi Pungkas mengatakan, pada masa keemasannya, persaingan Bioskop Mitra dan Indra dianggap sehat. Artinya, keduanya bersaing secara fair sesuai karakter masing-masing.
![]() |
"Ya berimbang sih, di era 1980 akhir," kata Dhahana kepada detikJatim, Kamis (9/6/2022).
Pria yang akrab disapa Ipung itu menjelaskan, masa kejayaan keduanya berbeda-beda. Sampai akhirnya, Bioskop Mitra memutuskan untuk mengikuti zaman dan bergabung dengan 21 milik Sudwikatmono.
Sementara, Bioskop Indra masih kekeh dengan pendiriannya. Bioskop ini memutuskan untuk berdiri di atas kakinya sendiri dengan mengandalkan karakter dan bangunan legend, serta film box office pada masanya.
"Beda-beda, kalau Mitra kan sesudah Indra surut lalu dia up (naik), karena holding 21 itu antara 1981 sampai 1982, kalau dulu yo podo (sama)," ujarnya.
Baca selanjutnya: Stasiun televisi swasta ikut menggerus eksistensi bioskop di Surabaya
![]() |
Ipung menilai, kejayaan Bioskop Mitra hingga menyatakan harus berhenti beroperasi sekitar 1.5 dekade lalu, adalah upaya maksimal ketika menggandeng 21. Hingga akhirnya, harus 'tutup buku' jua.
"(Indra) kukut wes (tutup) di 1986 sampai 1987, itu pesona terakhir, karena dia memutuskan tidak masuk atau gabung ke 21. Tapi, kalau Mitra memiliki keputusan, daripada mati ya bergabung dengan 21. Tapi ya, kembali ke hukum alam, siapa yang bertahan, ya dia yang menang dengan cara apapun," tutur alumnus Sosiologi Unair Surabaya itu.
Meski begitu, Ipung mengaku masyarakat kala itu mulai beralih tontonan. Bahkan, ketika Bioskop Indra dan Mitra menggelontor film-film barat teranyar sekali pun, nyatanya tak mampu mendongkrak penonton
Dari sana, 21 pun mulai eksis lantaran mulai menawarkan opsi untuk bermitra dengan sejumlah bioskop. Terutama, bioskop yang hendak gulung tikar.
![]() |
"Dulu, kan ada gabungan pengusaha bioskop, sebelum ada 21 kan gedung bioskop dimiliki perseorangan, Mitra termasuk yang mau mengikuti. Mulai dari film box office sampai wajib tonton, seperti Pretty Woman dan Surabaya 45. Jadi, ada film penanda zaman di kala itu. Mau tidak mau, yang menjawab tantangan zaman hanya Mitra, Arjuno, Presiden Teater, sampai Orion," katanya.
Sampai akhirnya, stasiun televisi swasta pertama muncul. Kehadiran bioskop lawas, termasuk Indra pun semakin redup. Bahkan, ingar bingarnya semakin pudar.
"Pas kedatangan tv swasta pertama, yakni RCTI, akhirnya Indra pun mati karena dia tidak berani berinovasi fisik. Sedangkan Mitra masih berupaya dan berani ambil bagian di 21," tutupnya.