Melihat Tradisi Badha Kupat di Durenan Trenggalek

Melihat Tradisi Badha Kupat di Durenan Trenggalek

Adhar Muttaqien - detikJatim
Senin, 09 Mei 2022 19:11 WIB
badha kupat trenggalek
Badha kupat di Trenggalek (Foto: Adhar Muttaqien)
Trenggalek -

Di daerah-daerah lain, puncak perayaan Hari Raya Idul Fitri terjadi pada tanggal 1 Syawal dalam penanggalan Hijriah. Namun di Kecamatan Durenan puncak lebaran justru terjadi pada hari raya ke delapan atau biasa disebut Badha Kupat (Lebaran Ketupat).

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong ke Kecamatan Durenan untuk bersilaturahmi ke sanak saudara dan saling bermaafan.

Salah satu keluarga Pondok Pesantren babul Ulum, Durenan, Gus Yunus Fudhel, mengatakan tradisi berlebaran pada Badha Kupat dimulai sejak pesantrennya dipimpin KH Abdul Masyir atau Mbah Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat itu Mbah Mesir memiliki kebiasaan mulai hari kedua Idul Fitri melakukan puasa sunah Syawal selama enam hari," kata Yunus, Selasa (9/5/2022).

Selama menjalankan puasa sunah tersebut, Mbah Mesir tidak menggelar open house atau menerima tamu. Sang kiai baru menggelar open house pada hari raya ke delapan.

ADVERTISEMENT

"Saat itu kupatan hanya dilakukan oleh santri dan keluarga ke kiai, kemudian menyebar ke lingkungan dan masyarakat umum seperti sekarang ini," jelasnya.

Kini tradisi kupatan digelar secara meriah di wilayah Durenan. Masyarakat setempat memiliki kebiasaan bersilaturahmi Idul Fitri pada hari kedelapan.

Yunus Fudhel menambahkan pada awal pelaksanaan tradisi kupatan di Durenan sama sekali tidak ada hiburan atau arak-arakan karnaval. Namun hanya murni silaturahmi antara santri dengan kiai.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat menjadi antusias dan memeriahkan tradisi itu dengan sejumlah kegiatan tambahan kirab atau arak-arakan tumpeng ketupat.

Di masa pandemi COVID-19, kegiatan arak-arakan ditiadakan, sehingga selama tiga tahun terakhir kegiatan karnaval tersebut tidak digelar. "Kalau dari pondok memang tidak ada hiburan atua keramaian, itu yang menggelar masyarakat, untuk memeriahkan," jelasnya.

Yunus mengaku tahun ini masyarakat masih menahan diri dengan tidak menggelar arak-arakan, warga disebut masih trauma dengan pandemi COVID-19 yang sempat ramai.

"Tapi Alhamdulillah meskipun tidak ada arak-arakan, kupatan tetap berjalan dengan baik dan meriah," ujarnya.

Dalam tradisi ini, masing-masing rumah menyiapkan sajian bagi tamu berupa ketupat sayur. Kuliner tersebut diberikan gratis bagi siapa saja yang berkunjung.

Sementara itu Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, menyambut baik pelaksanaan kupatan di Kecamatan Durenan. "Alhamdulillah tahun ini tidak ada kemacetan yang parah, karena silaturahmi di Durenan sudah digelar sejak semalam. Artinya masyarakat sudah bisa mengatur waktu dengan baik, tidak hanya siang saja," ujar Arifin.

Dijelaskan tradisi lebaran ketupat yang kental dengan nuansa silaturahmi hanya bisa didapatkan di Kecamatan Durenan, Trenggalek.




(iwd/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads