Wilayah Kediri menyimpan banyak jejak sejarah, namun jarang sekali diceritakan dalam bangku sekolah. Salah satunya soal kereta Bupati Pertama Kediri Djojohadiningrat yang konon bisa jadi perahu.
Kereta ini tersimpan utuh di Jalan Glinding, Desa Kandat Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Saat datang, masyarakat akan disuguhi kereta antik milik Bupati Kediri Djojohadiningrat yang menjabat tahun 1900-an.
Kereta berbentuk perahu yang terbuat dari kayu jati itu menyimpan banyak sejarah. Salah satunya ketika sang pemimpin Kediri ditangkap Belanda dan diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara karena dianggap makar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Manado, sang bupati diasingkan hingga akhir hayatnya. Perjuangan itu yang membuatnya mendapat julukan 'Kanjeng Manado'.
Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Imam Mubarok mengisahkan, saat ini kondisi kereta dalam keadaan tragis. Kereta itu hanya dirawat penduduk sekitar.
"Sayang, kereta peninggalan itu hanya dirawat penduduk desa setempat belum mendapat campur tangan dari pemerintah. Kereta peninggalan sang bupati yang mendapat julukan Mbah Gleyor itu dibiarkan dalam bangunan joglo terbuka dengan pagar besi yang dibangun oleh keturunannya. Keturunannya adalah Pak Haji Muhadi, mantan Bupati Blitar," kata Imam, Jumat (15/4/2022).
Kereta dari bahan kayu jati ini memiliki panjang kurang lebih 7 meter dan lebar 2 meter dengan bentuk amphibi atau bisa menjadi kereta dan perahu. Saat ini, usia kereta tersebut hampir 100 tahun, namun masih tergolong awet dan kuat.
Sementara itu, Hj Musiswatin (72), tokoh sejarah desa setempat menuturkan, orang yang merawat kereta tersebut yakni Almarhum Mbah Matal. Saat itu, Mbah Matal mengatakan, semenjak ditinggal dan ditangkap Belanda, sang bupati meninggalkan keretanya di pekarangan rumahnya di Jalan Watu Gede.
![]() |
Namun pada tahun 1949, ada wangsit untuk memindahkan kereta itu ke gang sebelah.
"Kereta itu tak bisa jalan dan ditarik dengan bantuan masyarakat setempat saat dipindahkan. Ia hanya mau ditarik oleh dua kerbau jantan dan didorong oleh Mbah Matal dan Istrinya. Keanehan itu yang pertama, keanehan kedua bekas tanah yang dilewati kereta itu tak bisa tumbuh rumput," kata Muniswatin.
Muniswatin menambahkan, juru kunci pertama kereta ini sebelum Mbah Matal, yakni Mbah Nala. Dia merupakan sopir kereta sang adipati yang makamnya juga di Desa Kandat.
"Dulu wilayah ini adalah hutan, dan Mbah Nala adalah orang yang kali pertama babat alas. Dia pula yang memberi nama desa ini dengan nama Kandeg atau berhenti. Toponim pemberian nama ini berdasarkan berhentinya kereta sang Adipati. Lambat laun nama Kandeg ini menjadi Kandat, sebuah nama desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri," tambahnya.
Apa yang menyebabkan Sang Adipati Djojohadiningrat ditangkap Belanda dan diasingkan ke Manado? Berdasarkan cerita tutur yang berkembang, sang adipati ini difitnah Belanda membunuh administrator pabrik gula Ngadiredjo di Kediri.
Pascaperang Jawa tahun 1830, Belanda memang menjadikan Kediri sebagai pertahanan utamanya. Selain membangun infrastruktur besar-besaran seperti benteng Belanda, Kantor Residen hingga tiga pabrik gula, Belanda juga membangun jembatan besi pertama di Jawa (jembatan lama Kediri, 18 Maret 1869) yang menghubungkan antara Madiun-Surabaya.
"Dia difitnah oleh Belanda, dituduh sebagai dalang pembunuh administrator pabrik gula," tambah Muniswatin.
Namun sayang, cerita heroik dan bukti sejarah itu kini hanya menjadi cerita dan tidak banyak yang tahu.
(hil/dte)