Seniman: Harusnya Reog Prioritas Didaftarkan ke UNESCO timbang Jamu

Seniman: Harusnya Reog Prioritas Didaftarkan ke UNESCO timbang Jamu

Charolin Pebrianti - detikJatim
Sabtu, 09 Apr 2022 15:15 WIB
Atraksi Reog di Ponorogo
Atraksi Reog di Ponorogo (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Seniman Reog Ponorogo, Sudirman mengaku kesal dan kecewa. Sebab, Kemendikbudristek memilih jamu ketimbang Reog Ponorogo untuk diajukan ke intangible cultural heritage (ICH) UNESCO atau sebagai warisan budaya tak benda.

"Saya tidak khawatir karena dunia sudah tahu, kalau reog asalnya Ponorogo. Sebab ada anggota paguyuban Reog Ponorogo (Parogo) tersebar di Makau, Hongkong, Singapura, Malaysia, US, Belanda. Nah, kalau ada Reog di Malaysia dan diklaim, itu karena negara melalui pemerintah peduli, kalau di sini kita orang Ponorogo mengajukan ditolak kok. Malah jamu dimenangkan dan diakui," tutur Dirman kepada detikJatim, Sabtu (9/4/2022).

Dirman mencontohkan, Malaysia memberi dukungan saat ada warganya yang bisa mementaskan reog dan terus melestarikan hingga ke anak cucu. Akhirnya, generasi mereka tahunya reog itu turun menurun diwariskan ke mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ditambah mereka diopeni pemerintah dan negaranya. Lha, gimana Reog Ponorogo mau diakui dunia, meski sudah diajukan tapi ditolak. Introspeksi negara kita perlu," imbuh Dirman.

Dirman berharap, pemerintah melalui Kemendikbudristek lebih peduli dan mengusulkan Reog Ponorogo masuk ke ICH UNESCO. Selain itu, pemerintah juga bisa mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih pada TKI dan TKW yang membawa kesenian Reog Ponorogo hingga ke luar negeri.

ADVERTISEMENT

"Sebab, mereka secara tidak langsung promo gratis, besar-besaran soal adat dan budaya Reog Ponorogo, di Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea, Singapura, Makau," papar Dirman.

Menurut Dirman, ada komunitas yang selalu mengabarkan tentang pertunjukan yang mereka gelar di tempat mereka bekerja. Bahkan setiap kali tampil selalu mendapat rasa kagum dari para penonton.

"Nah mereka bukan saja pahlawan devisa negara tapi juga pahlawan budaya," imbuh Dirman.

Sementara itu, Dirman mengaku punya cara sendiri untuk meneruskan budaya Reog Ponorogo ke generasi penerus. Caranya dengan menjadi guru kesenian juga sekaligus mendirikan sanggar tari Kartika Puri Joglo Ponorogo.

"Ini sarana yang menguntungkan saya untuk mengakarkan tari Reog kepada anak-anak," kata Dirman.

Pernah juga, lanjut Dirman, dikemas dalam bentuk kompetisi berupa festival Reog antarkelas. Bahkan ketika dibutuhkan 300 penari jathil massal, sanggarnya bisa menyiapkan 200 orang untuk tampil.

"Mereka berlatih dan belajar bersama teman sebayanya saya tinggal mengarahkan. Tiap bulan saya gelar njagong budaya, mereka senang bermain Reog itu yang saya lakukan," tukas Dirman.




(hil/dte)


Hide Ads