Tulungagung-Trenggalek Pernah Punya Jalur Kereta Api, Ini Buktinya

Tulungagung-Trenggalek Pernah Punya Jalur Kereta Api, Ini Buktinya

Adhar Muttaqin - detikJatim
Sabtu, 19 Mar 2022 13:52 WIB
Trem melintas di atas jembatan pada tahun 1920 (Tropenmuseum.nl)
Trem melintas di atas jembatan pada tahun 1920 (Foto: Dok.Tropenmuseum.nl)
Trenggalek -

Kereta api menjadi angkutan massal andalan saat Belanda menjajah Indonesia ratusan tahun silam. Kala itu, pemerintah gencar membangun jalur kereta api hingga daerah-daerah kecil. Salah satu jalur kereta yang pernah dibangun adalah Tulungagung-Trenggalek.

Humas PT KAI Daop VII Madiun Ixfan Hendriwintoko mengatakan, pembangunan jalur kereta api di Tulungagung-Trenggalek dibangun saat perusahaan kereta api negara masih bernama Staatssporwegen (SS).

"Sejak 1875, SS membangun sejumlah jalur kereta api yang di Jawa Timur, yang menghubungkan kota-kota besar. Seperti jalur Surabaya-Pasuruan, kemudian disambung lagi sampai Malang," kata Ixfan kepada detikJatim, Minggu (19/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembangunan masif itu dilakukan hingga jalur utama di Tulungagung, Blitar, hingga Kediri. Terlebih, infrastruktur perkeretaapian itu menjadi salah satu konsen pemerintah Hindia-Belanda. Karena digunakan sebagai angkutan massal untuk kepentingan militer maupun ekonomi.

Selain jalur penghubung kota-kota utama di Jawa Timur, SS juga membangun jalur kereta api untuk daerah kecil dan terpencil. Salah satunya dibangun di Tulungagung ke arah selatan, melintasi Kecamatan Campurdarat dan Bandung. Selanjutnya jalur Kedunglurah dan membujur ke arah barat hingga pusat kota Trenggalek, serta kecamatan paling barat Trenggalek, yakni Tugu.

ADVERTISEMENT
Peta jalur trem tahun 1925 (Boekoe Peringatan Dari Staatsspor-en Tramwegen di Hindia Belanda 1875-1925)Peta jalur trem tahun 1925 (Boekoe Peringatan Dari Staatsspor-en Tramwegen di Hindia Belanda 1875-1925) Foto: Dok. KITLV

"Pembangunan jalur percabangan untuk Trenggalek hingga Tugu memiliki panjang 48 kilometer. Sedangkan jalur dari Stasiun Tulungagung hingga Campurdarat sepanjang 14 kilometer selesai 15 Juli 1921. Sisanya dilanjutkan ke Trenggalek hingga Tugu yang tuntas pada 3 Januari 1923," jelas dia.

Menurut Ixfan, kereta api yang beroperasi pada jalur Tulungagung-Trenggalek-Tugu disebut trem. Moda tersebut menjadi pilihan, karena tidak memerlukan izin langsung dari pemerintah pusat di Belanda maupun Jakarta. Namun cukup dari pemerintah daerah setempat.

"Trem memiliki ukuran yang lebih kecil dari kereta api pada umumnya. Baik lokomotif maupun gerbongnya. Kecepatannya pun lebih rendah dibanding kereta api biasa, karena memang dikhususkan untuk jalur pendek," jelas dia.

Jalur trem ini memiliki sejumlah lokasi pemberhentian untuk naik dan turun penumpang. Yakni Jepun, Beji, Boyolangu, Pojok, Pelem, Campurdarat, Duwet, Bandung, Bandung Pasar, Bulus, Kedunglurah, Bendo, Ngetal, Ngepoh, Trenggalek, Nglongsor, Winong, dan Tugu.

Ixfan menambahkan, PT KAI mencatat bahwa jalur trem Tulungagung-Trenggalek memiliki 3 kali perjalanan pulang pergi. Yaitu 2 kali PP Tulungagung-Tugu dan 1 kali PP dari stasiun Trenggalek-Tugu.

Bekas konstruksi jembatan kereta api di area persawahan Kelurahan Sumbergedong, TrenggalekBekas konstruksi jembatan kereta api di area persawahan Kelurahan Sumbergedong, Trenggalek/ Foto: Adhar Muttaqin/detikcom

"Sedangkan untuk menempuh perjalan mulai Tulungagung hingga Tugu dibutuhkan waktu 2,5 jam," jelas Ixfan.

Namun, operasional jalur kereta api Tulungagung-Trenggalek-Tugu tidak berlangsung lama. Sebab, pada tahun 1930 terjadi krisis ekonomi, sehingga perusahaan SS melakukan kajian mendalam dan memutuskan untuk menghentikan operasional trem Tulungagung-Trenggalek. Tepatnya pada 1 November 1932. Keputusan penghentian operasional trem itu dimuat dalam surat kabar.

Sementara itu, sisa-sisa konstruksi jembatan penopang jalur trem masih terlihat di beberapa titik di Trenggalek. Tembok yang menjadi penyangga jembatan rel kereta dapat dilihat di sisi selatan jembatan Munjungan di Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan.

Kemudian, sisa jembatan kereta juga masih tersisa di area persawahan di Jalan Brigjen Soetran, Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek.




(hse/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads