Ketua Tim Ekskavasi Situs Pandegong Vidi Susanto mengatakan bahwa ekskavasi tahap 2 itu digelar selama 10 hari sejak 16-25 Maret 2022, dikerjakan oleh Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim menggunakan anggaran Pemkab Jombang.
Fokus ekskavasi tahap dua ini, kata Vidi, untuk menampakkan bagian timur dan selatan candi di Situs Pandegong yang masih terkubur tanah. Jika bagian itu sudah ditemukan maka bangunan candi itu akan diketahui denah utuhnya.
"Karena 70 persen denah candi sudah terlihat dari ekskavasi tahun kemarin. Target kami menampakkan denah candi secara utuh," katanya di lokasi ekskavasi, Kamis (17/3/2022).
Ekskavasi ini juga menyasar sumur di bagian tengah Candi Pandegong. Para pekerja menggali sumur berbentuk persegi 1x1 meter itu. Dinding sumur tersusun dari bata merah kuno sama dengan tubuh candi.
"Sambil kami juga melihat apa yang terjadi tahun 2017, bagian tengah atau sumuran itu pernah digali masyarakat. Rencana kami juga membuka itu," terang Vidi.
Sumur candi itu, kata Vidi, diperkirakan ditutup lingga yoni sebagai benda yang dipuja di zaman dulu. Lingga perwujudan Dewa Siwa sedangkan Yoni Dewi Parwati. Tapi hanya Lingga yang ditemukan di dekat Candi Pandegong.
"Ada indikasi Yoni sudah dipindahkan dari sini. Tapi kami tidak tahu pasti, karena posisinya sudah berpindah," jelasnya.
Sumur Candi Pandegong Jombang, menurut Vidi mempunyai fungsi yang sama dengan candi lainnya. Yaitu untuk menyimpan pripih yang biasanya berupa logam mulia atau biji-bijian dan mantera.
"Fungsi sumuran umumnya untuk menghidupkan candi. Di dalamnya ada pripih. Sehingga candi mempunyai kekuatan magis yang berhubungan dengan kedewaan," ungkapnya.
Pripih Candi Pandegong kemungkinan besar sudah raib karena ditemukan tanda-tanda bekas penjarahan di candi ini.
"Yang jelas tahun 2017 itu ada penggalian oleh masyarakat. Terlihat dinding sebelah utara sudah rusak," katanya.
Saat ekskavasi tahap 1 pada 12-21 November 2021, Tim BPCB Jatim menemukan 70 persen denah Candi Pandegong. Candi itu berbentuk persegi seluas 8,7 x 8,7 meter persegi dengan tinggi struktur yang tersisa 180 cm. Fondasi candi tersusun dari 4-5 lapis bata merah kuno.
Candi Pandegong menghadap ke barat karena tangga masuknya berada di sisi barat. Tangga dari susunan bata merah kuno itu membentang 210 cm dari barat ke timur. Sedangkan lebarnya dari selatan ke utara 230 cm dengan pipi tangga setinggi 100 cm.
"Ada motif hiasan palang, bagian bawah motif hias geometris. Di bawah kaki yang sudah nampak utuh adalah fondasi candi. Fondasi yang sudah nampak di sebelah barat ada 4-5 lapis bata," terang Vidi.
Ekskavasi tahap pertama juga menemukan dua arca berbahan batu andesit di sisi barat Candi Pandegong. Yakni Arca Nandiswara kepala sampai pinggang dengan tinggi 31 cm dan lebar 26 cm. Arca kedua adalah Mahakala setinggi 63 cm, lebar 30 cm dan tebal 13 cm.
Vidi memperkirakan, Arca Nandiswara dulunya diletakkan di sisi kanan atas tangga candi, sedangkan Arca Mahakala di sisi kiri atas tangga candi. "Arca Nandiswara dan Mahakala memang menjaga pintu candi. Candi ini beraliran Hindu Siwa," ujarnya.
Berdasarkan denah candi dan dua arca yang ditemukan, Candi Pandegong diperkirakan berasal dari abad ke-10 masehi. Struktur purbakala itu diduga menjadi tempat pemujaan di zaman Mpu Sindok, Raja Medang Kamulan.
"Namun masih kami dalami dengan menunggu hasil ekskavasi tahap dua ini dan akan kami bandingkan dengan candi-candi yang mempunyai kemiripan," katanya.
(dpe/iwd)