Buku Legenda Banyuwangi Ternyata Diterjemahkan dalam 6 Bahasa

Buku Legenda Banyuwangi Ternyata Diterjemahkan dalam 6 Bahasa

Ardian Fanani - detikJatim
Kamis, 03 Mar 2022 21:20 WIB
legenda banyuwangi
Buku Legenda Banyuwangi (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Asal Usul nama Banyuwangi tak terlepas dari kisah Sri Tanjung-Sidapaksa. Kisah itu telah dibukukan dengan 6 bahasa.

Buku itu berjudul 'Sri Tanjung Hidup Kembali' itu ditulis budayawan Aekanu Hariyono dan diterbitkan sejak 2020. Buku tersebut dilengkapi dengan gambar ilustrasi.

Serta terdapat terjemahan 6 bahasa di dalamnya. Yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Osing (bahasa Banyuwangi), Bahasa Jawa, Bahasa Spanyol, dan Bahasa Perancis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sengaja buat dengan 6 bahasa. Agar buku ini tak hanya bermanfaat di tingkat lokal saja. Tapi juga internasional," ujarnya kepada detikJatim, Kamis (3/3/2022).

Aekanu mengaku, pembukuan kisah Sri Tanjung-Sidapaksa ini dilakukan agar cerita cikal bakal nama Banyuwangi ini terus bisa dinikmati oleh masyarakat. Sebab, kisah ini memiliki filosofi yang penting bagi warga Banyuwangi.

ADVERTISEMENT

"Sri Tanjung dipercaya oleh masyarakat Banyuwangi sebagai sosok wanita yang tidak hanya cantik, tapi watak dan kepribadiannya perlu diteladani. Yaitu sopan, lembut, setia pada suami, taat, jujur, pemaaf, dan berani berkorban demi membela kebenaran," lanjut dia.

Aekanu mengatakan bahwa dalam kisah Sri Tanjung yang beredar, dia meninggal dibunuh suaminya, Sidapaksa. Namun dalam buku karya Aekanu, Sri Tanjung bisa hidup kembali.

"Sri Tanjung dihidupkan oleh Batari Durga atau Batari Uma. Dia disucikan dan terbebaskan dari kutukan oleh Sadewa (ayah Sri Tanjung)," ujar Aekanu.

Kemudian Sri Tanjung dianugerahi sebuah mustika wadon yang membuat dirinya dikasihi oleh semua makhluk hidup. Serta dia dapat menghidupkan orang mati.

"Penggambaran air dan Sri Tanjung di relief candi maupun naskah kuno berhubungan dengan penyucian penolak bala atau ruwatan. Air berperan sebagai simbul penyucian, yang berarti perjalanan dari tahap rendah ke tahap lebih tinggi yang berkualitas suci," tambah dia.

Di akhir cerita, Sidapaksa yang menjadi gila setelah membunuh Sri Tanjung juga disembuhkan oleh Betari Uma. Selanjutnya, Sidapaksa diminta untuk meminta maaf kepada Sri Tanjung.

Akhirnya, Sri Tanjung mau kembali dengan suaminya dengan syarat Sidapaksa harus membunuh Prabu Sulahkrama. Perintah itu pun dilaksanakan.

"Setelah itu, Sidapaksa menggantikan Prabu Sulahkrama menjadi Raja di Sindureja," pungkas Aekanu.




(hse/fat)


Hide Ads