Makam Panglima Perang Majapahit di Surabaya Sering Dikunjungi Pejabat

Makam Panglima Perang Majapahit di Surabaya Sering Dikunjungi Pejabat

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 21 Feb 2022 14:10 WIB
Makam Eyang Kudo Kardono
Makam Eyang Kudo Kardono (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Makam panglima perang Majapahit Eyang Kudo Kardono di Surabaya tak pernah sepi peziarah. Khususnya pada malam Jumat Legi dan Selasa Kliwon.

Selain masyarakat umum, pejabat daerah, pengusaha, dan organisasi tertentu pernah mengunjungi makam tersebut. Mereka berasal dari dalam dan luar Jawa Timur.

Misalnya Mensos Tri Rismaharini (saat menjadi Wali Kota Surabaya), Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, dan sejumlah pejabat lain dari Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari sini (ziarah makam) banyak yang berhasil dalam meminta pangkat pekerjaan. Makanya banyak pejabat daerah ke sini. Pak Armuji juga ke sini 2 kali sebelum dan saat jadi wawali," kata juru kunci ke-13 makam Eyang Kudo Kardono, Sumali (82) saat ditemui detikjatim, Jumat (11/2/2022).

Untuk pengusaha yang berziarah, mereka biasanya datang ke makam saat usahanya terpuruk. Ada juga masyarakat umum yang berziarah karena memohon kelancaran hajat.

ADVERTISEMENT

"Pengusaha jarang ke sini, tapi pas ada usahanya yang jatuh baru ke sini. Warga sekitar kalau mau punya hajatan juga ke sini, sudah dari dulu," ujar Sumali

Sumali menegaskan bahwa Eyang Kudo Kardono hanya perantara. Jika meminta ke Eyang Kudo langsung, maka bisa disebut syirik dalam keyakinan agama Islam.

"Tapi semua tetap pada kuasa Tuhan, Eyang Kudo sebagai perantaranya. Kalau orang minta langsung ke Eyang Kudo salah, syirik," pungkas Sumali.

Untuk diketahui, Eyang Kudo Kardono adalah sosok yang berjasa di zaman Kerajaan Majapahit. Dia pernah menumpas pemberontak kerajaan bernama Ra Kuti.

Karena keberhasilannya, Kudo Kardono mendapat hadiah tanah perdukan di Sungai Asin (kini menjadi daerah Kaliasin). Kemudian, dia mengembangkan kawasan bernama Tegal Bobot Sari atau yang kini menjadi Tegalsari.




(hse/sun)


Hide Ads