Bukan Cuma Minyak Goreng, Unair Bongkar Potensi Besar Sawit-Kakao di Jatim

Bukan Cuma Minyak Goreng, Unair Bongkar Potensi Besar Sawit-Kakao di Jatim

Aprilia Devi - detikJatim
Selasa, 11 Nov 2025 15:45 WIB
Ketua pelaksana kegiatan sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Akhmad Jayadi
Ketua pelaksana kegiatan sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Akhmad Jayadi (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Surabaya -

Hilirisasi produk turunan kelapa sawit dan kakao di Jawa Timur dinilai belum berjalan optimal, padahal keduanya punya potensi besar. Dari dua komoditas itu, banyak produk turunan bernilai tinggi yang bisa dikembangkan, mulai dari makanan, kosmetik, hingga kerajinan.

Oleh karena itu, Universitas Airlangga bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menginisiasi workshop optimalisasi hilirisasi sawit dan kakao di Jatim.

Ketua pelaksana kegiatan sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Akhmad Jayadi mengatakan, sawit selama ini masih dipahami banyak orang sebatas bahan baku minyak goreng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, turunan sawit bisa diolah jadi berbagai produk jadi yang punya nilai tambah tinggi dan bisa masuk ke sektor UMKM.

"Pemanfaatan produk turunan sawit itu banyak ya, bukan hanya menjadi minyak goreng. Hilirisasinya bisa untuk makanan, minuman, kosmetik seperti malam dan sabun, sampai kerajinan seperti anyaman dari lidi sawit," kata Jayadi di Aula Fadjar FEB Unair, Selasa (11/11/2025).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, potensi besar itu belum banyak dimanfaatkan di Jatim. Untuk komoditas kakao, misalnya wilayah seperti Banyuwangi dan Jember disebut punya produksi cukup tinggi. Namun pemanfaatan turunannya masih terbatas.

Jayadi menyebut kendala utama dalam pengembangan hilirisasi sawit dan kakao di Jatim adalah minimnya informasi dan keterbatasan akses bahan baku turunan sawit.

"Kendalanya masyarakat belum terinformasi bahwa turunan sawit bisa masuk ke banyak sektor. Akses bahan bakunya juga masih terbatas. Misalnya yang menjual lidi sawit untuk kerajinan atau bahan pengganti cokelat dari sawit di marketplace masih sedikit," tuturnya.

Kondisi ini membuat pelaku UMKM di Jawa Timur belum optimal memanfaatkan peluang dari sektor turunan sawit dan kakao. Sehingga upaya mendorong pelaku UMKM agar mulai mengenal dan memanfaatkan bahan turunan sawit pun terus digencarkan.

Jayadi berharap UMKM bisa memiliki wawasan bahwa sawit dan kakao bukan sekadar bahan mentah, melainkan peluang usaha baru dengan pasar luas.

"Harapannya, UMKM bisa melihat potensi itu. Kita tidak bicara soal perkebunan sawitnya, tapi bagaimana produk turunannya bisa masuk ke berbagai sektor industri," pungkasnya.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads