Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak membeberkan progres penyerapan gula di Bumi Majapahit yang belakangan tidak terserap. Emil menyebut, saat ini sedang diproses penyerapan gula sebesar 62 ribu ton di Jatim oleh ID Food melalui PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
"Terakhir angkanya sisa 21 Ribu Ton (dari total 74 ribu ton gula yang belum terserap di Jatim). Tapi Insyaallah berkurang lagi sisanya," kata Emil usai menerima Dubes Selandia Baru di Gedung Negara Grahadi, Senin (15/9/2025).
"Artinya sudah ada penggenjotan, penyerapan dari RNI. Jadi RNI ini ID Food yang bekerja sama dengan SGN (Sinergi Gula Nusantara), karena SGN-lah yang menjamin bahwa gula yang diserap RNI ini kualitasnya bisa diedarkan di pasaran," tambah Emil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Bupati Trenggalek ini masih akan terus berkomunikasi dengan RNI juga dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jatim soal jumlah stok gula yang masih belum terserap.
"Jadi targetnya yang terserap itu 62 ribu ton dari sisa kemarin (74 ribu ton). Jadi itu target awal, kan stok yang numpuk masih akan ada tambahan dari panen yang akan berdatangan juga. Jadi masih kita bahas langkah kelanjutannya setelah pembelian tahap pertama ini," tegasnya.
Emil juga menyatakan komitmen Jatim memberantas peredaran gula rafinasi di Bumi Majapahit. Hal ini dilakukan untuk melindungi para petani tebu, apalagi provinsi Jatim merupakan penyuplai setengah dari kebutuhan gula nasional.
"Bagaimana penyerapan gula bisa berkelanjutan dan mengatasi peredaran gula rafinasi yang berdampak pada penyerapan. Kami koordinasi dengan satgas pangan, tidak ditemukan gula rafinasi di Jawa Timur. Tapi Jawa Timur kan menyuplai separuh lebih gula di Indonesia. Kita ingin pastikan petani tebu kami terlindungi," tandasnya.
Berdasarkan data APTRI Jatim, gula petani di Jawa Timur yang belum terserap masih di angka 74.700,38 Ton. Gula-gula tersebut saat ini berada di gudang-gudang pabrik gula di beberapa daerah. Mayoritas di wilayah Tapal Kuda Jember, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi.
Sekjen DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sunardi Eko Sukamto mengatakan para petani tebu di Jatim sudah tidak bisa menjalankan operasional akibat gula yang menumpuk di gudang. Saat ini, ada 76.700 ribu Ton gula petani tidak terserap di Jatim.
"Kami sudah kewalahan luar biasa. Jadi sulit meneruskan tebang angkut dan pembiayaan di kebun kami sudah putus-putus bahkan beberapa pabrik gula (PG) ini sudah tidak bisa giling sebagian dan sisi lain gudang gulanya juga penuh karena gula tidak keluar," kata Sunardi di Surabaya, Jumat (15/8/2025).
Sunardi menunggu janji Menteri Pertanian yang akan membantu menyerap gula petani. Salah satunya dengan pencairan dana sebesar Rp 1,5 Triliun dari Danantara ke Sinergi Gula Nusantara (SGN) dan Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membeli gula petani.
Namun, bila janji dari pemerintah melalui Danantara tidak terealisasi, maka Sunardi memastikan petani tebu di Jatim akan mogok massal dan menggelar aksi demonstrasi.
"Kalau dana itu tidak cair dan pemerintah tidak serius merawat petani, maka Indonesia hanya mimpi swasembada gula karena pemerintah tidak serius menangani petani," tegasnya.
"Dan jika anggaran Rp 1,5 triliun yang dijanjikan tidak terealisasi, mungkin kami tidak menanam tebu, dan kami lakukan aksi demonstrasi besar-besaran, kami petani tebu akan mogok massal," tambahnya.
Sunardi menyebut seluruh DPC APTRI di Jawa Timur satu suara menuntut pemerintah segera bertindak sesuai janji-janjinya ke petani tebu.
"Selama 8 periode panen kami tidak cair hingga gula menumpuk di gudang. Kami harap penyelesaian konkret dari bulan Agustus sampai November ini ada dari pemerintah untuk menyelesaikan secara tuntas bahwa program pemerintah menuju swasembada gula tahun 2027," jelasnya.
"Kami harap program ini lancar dengan support ke seluruh petani di Indonesia. Kami minta pemerintah melindungi hilir kami bahwa wujudnya ini berupa gula. Gula kami adalah gula kristal putih, yang notabene adalah gula konsumsi. Kami berharap negara harus bijak hadir membela kami gula konsumsi harus bisa diserap pasar apapun fakta yang terjadi," tandasnya.
(auh/hil)