Gelombang unjuk rasa anarkis yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir berdampak pada sektor ekonomi Kota Malang. Tingkat hunian hotel merosot tajam hingga hanya tersisa 10% keterisian kamar.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang Agoes Basoeki menyampaikan, lesunya tingkat hunian hotel sudah dirasakan semenjak Senin (1/9/2025), kemarin. Khususnya bagi hotel yang berada di pusat kota.
"Kondisi ini mempengaruhi kunjungan wisata, omzet hotel jadi menurun. Bahkan yang biasanya hotel di pusat kota terisi penuh. Kini tinggal 10 persen keterisiannya," ujar Agoes kepada wartawan, Selasa (2/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, kata Agoes, sebagian besar tamu banyak yang menunda dan membatalkan kunjungannya ke Kota Malang.
Tak hanya kunjungan wisatawan, lanjut Agoes, agenda rapat dari sejumlah instansi pemerintahan juga memilih membatalkan kegiatan. Hal ini tentu berdampak pada omzet sektor perhotelan di Kota Malang.
"Biasanya masih 40 hingga 70, bahkan 80 persen di hari weekday sekalipun. Sekarang hancur, semua memilih menunda kegiatan maupun wisata," jelasnya.
PHRI Kota Malang mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat, termasuk mahasiswa dan organisasi sipil, untuk menjaga stabilitas dan kondusivitas Kota Malang.
Agoes berharap aksi-aksi yang direncanakan tetap berlangsung dalam koridor damai dan tidak merugikan sektor lain, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah.
"Kami minta semua pihak turut menjaga agar Kota Malang tetap kondusif. Pariwisata kita sangat tergantung pada suasana. Jika aman, semua sektor ikut tumbuh," pungkasnya.
(auh/hil)