Sejumlah kafe hingga restoran di Jalan Tunjungan, Surabaya ramai-ramai memasang poster bertuliskan 'Save Tunjungan', 'Selamatkan Tunjungan' atau 'Satu Tujuan Satu Tunjungan'. Fenomena ini dipotret oleh warganet dan viral di media sosial.
Apa yang sedang terjadi dengan Jalan Tunjungan, dan apa yang perlu diselamatkan? Ada dugaan bahwa poster-poster itu dipasang sebagai bentuk protes pengusaha kafe dan restoran di jalan ikonik Surabaya itu atas kebijakan parkir yang berimbas penurunan penjualan.
Pantauan detikJatim di Jalan Tunjungan, setidaknya ada sekitar 10 kafe maupun restoran yang memasang poster yang didominasi warna hitam dan kuning itu. Poster itu dipasang di lokasi yang terbaca oleh pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pegawai restoran di kawasan itu, yakni kasir Alltime Buns Tunjungan, Maria mengungkapkan bahwa outlet-nya memasang poster itu sejak Minggu (17/8).
Poster itu dipasang sebab pihak kafe merasakan penurunan penjualan yang signifikan imbas larangan parkir tepi jalan umum (TJU) di Jalan Tunjungan sejak masa evaluasi pada 15-31 Juli 2025 hingga resmi diberlakukan sejak 1 Agustus 2025 lalu.
"Jadi ya kayak gini. Sepi. Soalnya kan parkir mobil jadi jauh. Kalau (parkir di dekat restoran) Fork ini penuh, jatuhnya (parkir) ke sana pojok (Siola). Jadinya nggak ada yang ke sini. Karena yang Tanjung Anom kan full motor, jadi yang mobil-mobil susah cari parkir," kata Maria kepada detikJatim, Senin (18/8/2025).
Menurut Maria, penurunan penjualan yang dirasakan kafe diduga akibat adanya kebijakan larangan parkir TJU mencapai 40%-50%. Dampaknya sangat terasa, apalagi saat siang hari.
"Kalau malam ada beberapa pengunjung yang masuk. Tapi mungkin mereka yang sekadar lewat, baru masuk. Lumayan berdampak (penurunan penjualan) karena kan kalau di daerah sini, yang bagian tengah dulu boleh parkir depan sini," tuturnya.
Kini pihaknya hanya bisa melakukan aksi protes dengan memasang poster 'Satu Tujuan Satu Tunjungan' dan 'Save Tunjungan'. Harapannya, Pemkot Surabaya bisa melakukan evaluasi atas kebijakan parkir tersebut.
"Mungkin ya lebih ke ditata lagi biar cara menghindari kemacetannya juga ya. Tapi sejauh ini macet itu masih ada, karena banyak yang nurunin penumpang juga. Mungkin juga banyak yang pelan sambil lihat-lihat," harapnya.
Senada, Marketing Ludic Cafe Tunjungan, Novia turut mengungkapkan bahwa pihaknya turut merasakan dampak dari pelarangan parkir TJU Jalan Tunjungan. Di akhir pekan, penurunan penjualan bisa terjadi hingga 30%, sementara untuk hari normal bisa mencapai hampir 50%.
"Kalau dari Ludic pengennya parkirannya (TJU) balik. Soalnya kan sejak gak ada parkiran itu kan banyak yang kosong (outlet kafe dan restoran di Jalan Tunjungan), customernya itu jarang kesini soalnya kan parkiran yang tersedia agak jauh-jauh," ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa pemasangan poster yang telah dilakukan sejak Minggu (17/8) kemarin itu merupakan bentuk protes. Sebab sebelumnya sempat ada audiensi dengan Pemkot Surabaya namun belum tercapai titik temu.
Penataan parkir sendiri memang menjadi hal yang krusial di kawasan Jalan Tunjungan. Apalagi jalan yang bersejarah dan ikonik itu menjadi salah satu objek wisata di Kota Surabaya.
"Sejauh ini belum ada protes lain, baru pemasangan itu dulu. Harapannya parkirnya tetap seperti sebelumnya boleh parkir di depan. Karena kasihan (pengunjung) kalau jauh parkirnya, lebih baik yang ditertibkan mungkin jukirnya," ucapnya.
Tak hanya berdampak pada penurunan penjualan, penghapusan parkir TJU Jalan Tunjungan juga disebut menyulitkan para pegawai di kawasan itu.
Jika harus parkir di Gedung Siola, mereka kerap terkendala akses saat pulang di atas jam operasional gedung. Mereka harus naik secara manual ke lantai atas yang merupakan lokasi parkir sebab lift sudah dinonaktifkan.
"Jadi ya berharap Pemkot lihat (protes dari pengelola kafe dan restoran) dengan pemasangan stiker ini," katanya.
(dpe/hil)