Naik turunnya situasi ekonomi global memicu inflasi hingga pelemahan daya beli masyarakat. Tapi hal ini tidak menyurutkan tekad Lilik dan Seger mempertahankan bisnis distributor buah yang dirintis sejak 2019.
Warga Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi ini adalah potret dari ribuan warga yang tengah berjuang mempertahankan bisnis hingga mampu berkembang pesat di tengah tekanan ekonomi.
Seger (54) menceritakan di awal Pandemi Covid-19 dia yang masih menjadi sopir angkutan buah di sebuah perusahaan nekat membuka usahanya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengambil peluang pengiriman buah ke Ponorogo meski harus berjibaku dengan aturan pengetatan dari pemerintah dengan jaringan dan modal yang sangat minim.
"Waktu itu saya 2019 modal masih seadanya ambil buah dikirim ke Ponorogo,' ungkap Seger, Jumat (14/6/2025).
Bersama sang istri, Lilik Eko Wijayanto (50), Seger mengelola bisnis pengiriman buah mulai jeruk, buah naga hingga pepaya. Kini, dari sebelumnya hanya bisa 1 kali mengirim dia bisa 2 kali mengirimkan buah dalam 1 pekan.
"Alhamdulillah setiap minggu 2 kali kirim ke Ponorogo sekarang. Berkembang. Sekarang ada 2 tempat untuk ngepul buah dari puluhan petani yang sudah kerja sama," kata Lilik yang sabar mendampingi suaminya menyortir jeruk.
Jeruk menjadi buah unggulan di kecamatan Purwoharjo Banyuwangi. Selain jeruk, kecamatan ini juga disebut sebagai sentra penghasil buah naga.
Kepala Desa Bulurejo Widarto menyebutkan ada puluhan pelaku bisnis distribusi buah di desanya tapi tidak banyak yang mampu bertahan di tengah ekonomi yang sulit. Dia bersyukur ada warganya ada yang bisa sukses.
Menurut Widarto, sejumlah lembaga pembiayaan mulai dari yang resmi hingga yang tidak resmi kerap datang ke desanya untuk menawarkan pinjaman usaha. Dia mengimbau agar warganya mampu memilih dengan cermat.
"Banyak yang datang ke desa menawarkan pinjaman, dan itu dilaporkan kepada kami. saya bersyukur Pak Seger dan Bu Lilik sudah cerdas dan cermat memilih lembaga pembiayaan," ujarnya.
Widarto mengungkapkan warganya itu telah menerima pembiayaan dari BTPN Syariah yang memberikan pendampingan kepada ekonomi inklusi kepada warganya.
Bukan secara cuma-cuma, pinjaman uang itu diberikan bersama literasi tentang manajemen keuangan sehingga lebih bermanfaat bagi bisnis yang digeluti Seger dan Lilik.
Bermula dari pinjaman Rp 3 juta, Lilik dan Seger kini berhasil mengakses pinjaman hingga Rp 15 juta dalam kurun waktu 5 tahun.
Artinya, kata Widanto, pinjaman itu telah membantu warganya tidak sepenuhnya bergantung pada modal pinjaman. Dia pun berharap, sebagian besar warganya bisa mempelajari hal serupa.
"Bu Lilik dan Pak Seger ini bisa membuktikan, ternyata kemajuan beliau yang dimulai dari 3 juta, 5 juta, hingga 13 juta ini sebagai bukti bahwa progress-nya luar biasa," tegas Widarto.
Corporate & Marketing Communication Head BTPN Syariah Ainul Yaqin menyebutkan kesuksesan Seger dan Lilik dalam mengelola Usaha Dagang Mekar Jaya menjadi potret perempuan berperan penting tidak hanya di sektor domestik tapi juga bisnis.
Ainul Yaqin menyebutkan pihaknya sengaja menyasar Ibu rumah tangga sebagai penerima manfaat pembiayaan ultra mikro. Hal ini ditujukan pula untuk menciptakan perempuan pengusaha yang tumbuh tidak hanya dari sisi ekonomi tapi juga mentalitas.
"Mereka para Ibu rumah tangga ini diwajibkan hadir dalam pertemuan yang digelar setiap 2 pekan. Pinjaman yang mereka akses itu bukan hanya dari latar belakang keuangan tapi juga komitmen belajar untuk membangun mental mereka sebagai pebisnis handal dan akuntable," terang Yaqin.
Di Banyuwangi, BTPN Syariah telah menyalurkan pembiayaan bagi Ibu rumah tangga senilai Rp 105 Miliar sejak 2011 dengan 32 ribu penerima manfaat yang tersebar di 25 kecamatan.
(dpe/abq)