Pada pertengahan tahun 2015, Windayati dihadapkan pada pilihan dilematis. Tetap mengajar di sekolah atau fokus mengurus rumah tangga. Perempuan 49 tahun itu lantas memantapkan pilihan yang kedua.
"Saya kemudian resign dari mengajar karena ingin fokus mengurusi anak-anak. Karena waktu itu anak saya yang pertama sering sakit," kata ibu 3 anak itu kepada detikJatim.
Meski demikian, di sela-sela mengurus rumah tangga itu, Winda ternyata masih ingin mengajar. Sebab, menurutnya menganggur sangat tidak nyaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kebiasaan saya itu mencari uang sendiri sejak kuliah dan menganggur itu tidak enak," ujar alumnus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Airlangga (Unair) itu.
Sejak saat itu, Winda lantas membuat iklan guru les privat rumahan. Tak disangka ternyata banyak yang berminat dan menghubungi dirinya untuk mengajar.
Lambat-laun murid les privat semakin bertambah banyak. Winda pun kewalahan mengatur waktu mengajar dari rumah ke rumah. Ia kemudian mempunyai gagasan membuka lembaga bimbingan belajar (bimbel) Griya Kreatif Private di rumahnya.
Pada awal-awal membuka, muridnya baru hitungan jari dan dari jenjang SD dan SMP saja. Namun lama-kelamaan muridnya semakin banyak mendaftar, bahkan pernah mencapai hingga 100 murid.
Winda mengaku heran dengan lonjakan siswa yang mendaftar. Padahal sejak membuka bimbel, ia tak pernah membuat brosur atau memasang iklan seperti saat awal jadi guru les privat rumahan.
Karena hal ini, Winda lantas merekrut pengajar dari kalangan mahasiswa. Mereka kemudian diminta untuk mengajar semua mata pelajaran umum sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
"Gak hanya matematika. Kita mengikuti kurikulum K13 lalu kurikulum merdeka. Jadi kita sesuaikan dengan kurikulum siswanya," terang Winda.
Selama membuka usaha bimbel Griya Kreatif, Winda mengaku bisa meraup omzet Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulannya. Omzet ini berasal dari bayaran siswanya.
Winda menjelaskan untuk pendaftaran awal biasanya ia memungut Rp 100 ribu. Sedangkan untuk SPP dikenakan Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu per siswa.
![]() |
"Rp 200 ribu untuk siswa SD, SMP Rp 300 kalau SMA Rp 400. Bayarnya bisa transfer pakai BRI atau bank lain," tutur Winda.
Meski demikian, bukan berarti, usahanya ini tak pernah mengalami masa suram. Salah satunya saat menghadapi Pandemi COVID. Era itu muridnya turun drastis.
Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka atau offline diubah jadi dalam jaringan (daring) atau online. Namun tak semua orang tua selalu setuju, di sisi lain, ia juga harus menerapkan protokol kesehatan.
Ia kemudian harus memutar otak agar siswanya masih bisa tetap belajar. Salah satunya dengan menggunakan aplikasi pembelajaran online. Namun harganya sangat mahal.
Dari sini, ia kemudian mengakukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Ia mengaku mengajukan hingga Rp 50 juta salah satunya untuk membeli aplikasi pembelajaran siswa lesnya hingga pandemi berakhir.
"Alhamdulillah les privat masih bisa bertahan. Meski ada penurunan 30 persen itu tapi masih jalan terus. Kalau di lain sudah pada tutup," terang Winda.
Winda menjelaskan, metode yang diajarkan di les privatnya memang berbeda dengan tempat lain. Salah satunya dengan metode pengajaran secara personal.
"Personal itu ngajarnya satu grup berisi 5 siswa. Kita nangani anak itu satu-satu. Tidak seperti kelas bersama-sama, soalnya juga sama. Karena kan gaya belajar anak beda-beda. Karena kemampuan anak itu beda saat nangkap pelajaran," jelasnya.
"Kita juga fokusnya untuk anak-anak diusahakan mata pelajaran belum dipelajari di sekolah, kita sudah lebih dulu ke anak-anak. Jadi anak-anak itu ketika di sekolah sudah bisa, nangkep," imbuhnya.
Di sela-sela mengajar les, Winda ternyata juga kini menempuh pendidikan magister. Ia mengaku kini mengambil magister Manajemen Universitas Ciputra Surabaya. Dari mata kuliah mata kuliah Entrepreneurial Project, Winda berhasil mengimplementasikan teori yang dipelajari ke dalam bisnis bimbingan belajar miliknya.
Dengan bekal pemahaman tentang business model yang kuat, Winda melakukan berbagai inovasi untuk memperkuat dan memperluas dampak usahanya.
"Bisnis yang baik itu dimulai dari memahami model bisnisnya. Setelah itu, inovasi bisa terus dikembangkan supaya bisnis lebih kokoh dan punya dampak sosial," ujarnya.
Menurut Winda, mata kuliah Entrepreneurial Project merupakan program unggulan di Pascasarjana Universitas Ciputra Surabaya, dibimbing oleh para dosen dan praktisi berpengalaman.
"Seperti Prof. Tommy Kaihatu, Dr. David Sukardi Kodrat, MM, CPM (Asia), CRME, Dr. Metta Padmalia, S. Si, M.M., CPM (Asia), Dr. Eric Harianto, S.T., M.M., CIPA, CMC., C.C.D., Dr. Hermeindito, S.E., M.M. dan Dr. Lexi Pranata B, S.Kom., M.B.A., M.M., C.E.M., CIQaR., CHE," jelas Winda.
"Di dalam Mata kuliah ini mahasiswa ditantang untuk langsung menerapkan konsep yang diajarkan ke bisnis nyata mereka," imbuh Winda.
Hasilnya, di lembaga bimbel Griya Kreatif Private tempatnya, Winda menerapkan metode Triple Layer Business Model Canvas pendekatan yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan sekaligus.
Transformasi ini menjadi dasar dari tugas akhirnya, yang dituangkan dalam tesis berjudul: "Optimalisasi Business Model Bimbingan Belajar yang Berkelanjutan dengan Metode Triple Layer Business Model Canvas (Studi Kasus LBB Griya Kreatif Private Sidoarjo)."
Inovasi ini tidak hanya memperkuat daya saing bisnis, tetapi juga meningkatkan kontribusi lembaga terhadap masyarakat. "Saya ingin membuktikan bahwa bisnis pendidikan juga bisa inovatif dan berkelanjutan, bukan hanya sekadar bertahan," tutur Winda.
Pengalaman ini menjadi bukti bahwa integrasi antara pendidikan akademik dan praktik nyata sangat penting untuk mencetak wirausahawan masa depan yang siap bersaing dan berkontribusi bagi masyarakat.
Hasilnya, tak sedikit siswanya yang belajar di tempatnya bertahan hingga tahunan karena cocok dengan metodenya. Sebagian besar juga kemudian banyak diterima di kampus negeri.
Natasya, kelas 9 SMP, salah satu murid dari Griya Kreatif Private mengaku senang les di tempat Windayati. Sebab selain guru dan temannya senang juga Selain fasilitasnya lumayan lengkap, mulai dari buku dan peralatan belajar.
"Gurunya juga kalau menerangkan mudah dipahami," ujar siswi kelas 9 SMP itu.
Mantri BRI Unit Bangah Waru, Dyah Fitri Kusumaningrum saat dikonfirmasi membenarkan Winda pernah mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Selain guru, Winda juga disebut aktif di Usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM (UMKM) dan mempunyai lembaga bimbel.
"Iya, betul. nasabah dan tabungan BRI," tandas Fitri.
(abq/iwd)