Perang Dagang AS Vs China Bikin Produsen Tahu Banyuwangi Was-was

Perang Dagang AS Vs China Bikin Produsen Tahu Banyuwangi Was-was

Eka Rimawati - detikJatim
Selasa, 22 Apr 2025 08:30 WIB
Penjual tahu di Banyuwangi
Produsen tahu di Banyuwangi (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi -

Ancaman perang dagang antara Amerika Serikat dan China mulai membuat pelaku usaha kecil di Banyuwangi ketar-ketir. Para produsen tahu dan tempe khawatir harga kedelai impor melonjak seperti yang pernah terjadi dua tahun lalu.

Salah satu produsen tahu di Dusun Cangaan, Desa Genteng Wetan, Genteng, Banyuwangi, mengaku was-was harga kedelai kembali tembus Rp 14.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. Kondisi itu sempat dialaminya pada 2023.

"Adanya peperangan dagang Amerika dan China itu takutnya nanti berdampak pada kenaikan harga kedelai. Kalau itu benar terjadi, kami produsen tahu tempe pun akan bingung. Sudah kami gak ada untung, dulu sempat harga Rp 14.000 itu kami tutup beberapa hari," kata Mifa Miftahul Jannah, produsen tahu asal Dusun Cangaan, Selasa (22/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mifa menjelaskan tahu produksinya menggunakan 100% kedelai impor. Meski lebih mahal dibanding kedelai lokal, kualitasnya dinilai lebih bersih dan tanpa limbah. Sebab itu, hampir seluruh perajin tahu dan tempe di dusunnya lebih memilih kedelai impor.

Saat harga kedelai melonjak, Mifa mengaku sulit mendapatkan untung karena tidak bisa serta-merta menaikkan harga tahu.

ADVERTISEMENT

"Kita sampai tutup itu karena kan kita mau cari solusi mau naikkan harga tahu atau gimana karena khan kalau harga tahu itu mahal orang itu kurang minat," imbuhnya.

Saat ini, harga kedelai impor berada di angka Rp 9.900 per kilogram, naik Rp 900 dibanding harga pada Januari 2025. Dalam sehari, Mifa menghabiskan sekitar 100 kilogram kedelai untuk memproduksi ratusan potong tahu, yang dijual ke pengecer seharga Rp 500 per potong.

Ia berharap pemerintah ikut turun tangan menjaga kestabilan harga kedelai impor agar para produsen kecil tetap bisa bertahan.

"Harapannya ke pemerintah semoga harga kedelai jangan naik lagi, tetap stabil di harga Rp 8 ribu atau Rp 9 ribu itu. Karena ini juga sudah ada kode dari agen bahwa harga kedelai akan naik lagi, kalau itu sampai terjadi khan bisa naik terus harganya itu," terang Mifa.

Senada, Rochman, salah satu produsen tempe di Dusun Cangaan juga berharap harga kedelai tidak kembali naik.

"Sudah normal ini segini saja jangan naik lagi, bingung kalau naik nanti ukuran tempenya saya kecilkan aja," tutup Rochman.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads