BPS Catat Jatim Inflasi Maret 2025 1,44% Didorong Tarif Listrik

BPS Catat Jatim Inflasi Maret 2025 1,44% Didorong Tarif Listrik

Aprilia Devi - detikJatim
Selasa, 08 Apr 2025 14:30 WIB
Kepala BPS Jatim Dr. Ir. Zulkipli
Kepala BPS Jatim Dr. Ir. Zulkipli (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Surabaya -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Jawa Timur mengalami inflasi secara m-to-m pada periode Maret 2025. Inflasi yang terjadi sebesar 1,44%.

"Pada bulan Maret 2025 Jawa Timur mengalami inflasi secara m-to-m sebesar 1,44%. Sementara secara tahun kalender (y-to-d) inflasi yang terjadi sebesar 0,30%, dan secara tahun ke tahun (y-on-y) sebesar 0,77%," ujar Kepala BPS Jatim Dr Ir Zulkipli dalam konferensi pers, Selasa (8/4/2025).

Zulkipli menambahkan bahwa inflasi Maret 2025 terjadi di seluruh kabupaten/kota di Jatim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 1,91% dan inflasi terendah di Kota Surabaya 1,30%," lanjutnya.

Adapun komoditas utama yang menjadi pemicu inflasi periode ini adalah tarif listrik.

ADVERTISEMENT

"Pada bulan Maret 2025, menjadi komoditas utama pemicu inflasi bulan ke bulan (m-to-m) Provinsi Jawa Timur. Tarif listrik mengalami inflasi 42,82% dengan andil 0,89% terhadap inflasi," beber Zulkipli.

Hal tersebut juga sejalan dengan berakhirnya diskon tarif listrik dari pemerintah yang sebelumnya berdampak pada terjadinya deflasi secara dua bulan berturut-turut.

"Berhentinya diskon tarif listrik di Maret berdampak membalas deflasi yang terjadi di bulan Februari dan Januari 2025," terang Zulkipli.

Sementara sejumlah komoditas lain yang berdampak pada inflasi bulan ini antara lain cabai rawit yang mengalami inflasi 25,36% dan memberi andil 0,13%, lalu bawang merah inflasi 34,86% dengan andil 0,12%, serta emas perhiasan yang mengalami inflasi 3,99% dengan andil 0,06%.

Kemudian komoditas lain seperti beras yang mengalami inflasi 1,18% turut menyumbang inflasi sebesar 0,05%, daging ayam ras inflasi sebesar 1,72% menyumbang inflasi 0,03%, dan telur ayam ras inflasi 2,04% dengan andil inflasinya 0,02%.

Sedangkan komoditas utama penahan inflasi periode ini adalah angkutan udara yang mengalami deflasi 6,61% dengan andil negatif 0,09%.

"Kelompok transportasi jarang sekali di Lebaran penurunan harga, ini sesuatu baru patut diapresiasi. Ini tiket pesawat biasanya selalu jadi permasalahan," ungkap Zulkipli.

Dengan inflasi yang terjadi, Zulkipli menyebut saat ini Provinsi Jawa Timur berada di peringkat yang cukup bawah secara nasional.

"Jatim berada di bawah, di urutan 25 dari 35 provinsi," pungkasnya.




(dpe/fat)


Hide Ads