Warga petani tambak di pesisir timur Sidoarjo, tepatnya di Kecamatan Sedati kembali merasakan dampak serius fenomena banjir rob. Fenomena banjir akibat meningkatnya tinggi air laut itu membuat mereka merugi ratusan juta rupiah.
Bukan hanya banjir rob, belakangan ini kawasan pesisir Sidoarjo juga dilanda hujan dengan intensitas tinggi. Imbasnya ratusan hektare tambak di Desa Kalangayar dan Desa Tambak Cemandi terendam banjir hingga sejumlah pemukiman warga turut terdampak.
Banjir rob kali ini terbilang lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ada cukup banyak petambak yang mengeluhkan bahwa mereka mengalami kerugian mencapai puluhan juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irham Taufik Kades Kalanganyar, Sedari mengatakan bahwa banjir rob tahun ini adalah yang paling besar. Diperkirakan ada 1.000 hektare Tambak milik warga di Kecamatan Sedati yang jebol diterjang banjir rob.
"Tahun ini banjir rob yang paling besar, ada ribuan hektare Tambak yang terendam banjir rob," kata Irham melalui telepon selulernya, Senin (16/12/2024).
Ia menjelaskan bahwa banjir rob itu yang terjadi sejak 2013 mulai merendam lahan tambak milik warga Kecamatan Sedati.
"Bahkan Tambak milik TKD 16 hektare tidak bisa difungsikan lagi, ikut juga terendam banjir rob," kata Irham.
Selain itu warga Desa Tambak Cemandi, Kasan (75) mengaku akibat banjir rob dia mengalami kerugian besar. Tambak bandeng miliknya seluas 6 hektare jebol sehingga ribuan ikan yang hampir siap panen terbawa arus ke sungai.
"Jangankan Tambak, di Kampung Tambak Cemandi ini sejak 3 hari ini setiap malam mulai pukul 23.00 WIB tergenang banjir rob. Dengan ketinggian 25 cm hingga 30 cm sehingga air laut masuk ke rumah warga," kata Kasan
"Kerugian saya mencapai Rp 300 juta. Ikan bandeng saya lari ke sungai. Ya mau gimana lagi," kata Kasan.
Tidak hanya Kasan, para petambak lainnya pun merasakan nasib serupa. Beberapa di antara mereka bahkan mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.
"Banyak teman-teman petambak yang juga mengalami kerugian besar. Bahkan ada yang sampai jatuh sakit memikirkan masalah ini," ujar Kasan.
Kasan dan rekan-rekannya mengungkapkan kekecewaan karena meski berulang kali menjadi korban kejadian serupa belum ada tindakan serius dari pemerintah untuk mengatasi masalah banjir rob.
"Biasanya, kalau panen bisa sampai beberapa ton. Tapi karena banjir rob, ya tinggal beberapa drum saja," ujar Kasan.
Harapan serupa disampaikan Masrukin (60), petani tambak lain di Kecamatan Sedati. Ia meminta agar pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah banjir rob di wilayah tersebut.
"Kami sudah mengeluarkan biaya banyak, sekarang malah merugi. Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib kami," ujarnya.
Ironisnya, di tengah kesulitan petani tambak sejumlah pihak memanfaatkan situasi itu untuk mencari keuntungan. Warga setempat, Suwandi mengungkapkan bahwa ada oknum yang memanfaatkan ikan yang terlepas dari tambak dengan menjaring di sungai.
"Mereka bisa dapat satu ton ikan dari tambak yang terdampak banjir. Di balik penderitaan petani, ada yang meraup keuntungan," ujarnya.
Meski demikian, para petani tambak hanya bisa pasrah. Mereka berharap agar pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi banjir rob dan membantu meringankan beban mereka.
"Kami berharap, jangan hanya nelayan yang diperhatikan, tapi juga petani tambak," tandas Kasan.
(dpe/iwd)