Perajin bendera dan umbul-umbul merah putih di Kota Mojokerto kebanjiran order selama musim Agustusan. Omzet perajin pun menembus Rp 200 juta.
Itu lah yang dirasakan Suboko (67), pemilik Devi Konveksi di Balongsari 5 nomor 16, Kelurahan Balongsari, Magersari, Kota Mojokerto. Menurutnya, pesanan bendera dan umbul-umbul merah putih untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-79 ramai sejak Juni 2024.
Sampai saat ini, ia memproduksi 200-300 pieces umbul-umbul dan 250-450 bendera merah putih setiap harinya. Untuk memenuhi pesanan, Suboko dibantu anak ketiganya, Leo Catur (40), 5 karyawati, serta 1 cucunya. Semua karyawati merupakan putri dan kerabatnya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, mereka harus bekerja lembur dari pukul 09.00 sampai 23.00 WIB. Kapasitas produksinya saat ini jauh dibandingkan momentum biasa. Sebelum musim Agustusan, rata-rata ia hanya menjual 80 pieces bendera dan umbul-umbul merah putih per bulan.
"Mulai ramai pesanan Juni 2024 sampai sekarang berdatangan. Banyak yang ditolak karena tidak mampu," terangnya kepada wartawan di rumah produksinya, Jumat (2/8/2024).
Suboko menjelaskan, pesanan datang dari instansi pemerintah, perusahaan swasta, perorangan, serta para pedagang bendera dan umbul-umbul merah putih. Para pedagang yang mengambil darinya berasal dari Mojokerto, Kediri dan Malang.
Rupanya banyak model dan ukuran umbul-umbul yang ia produksi setiap harinya. Mulai dari umbul-umbul gergaji, Afi, wiru, kicir, MB, poni, serta 11 model lainnya. Begitu pula dengan bendera merah putih jenisnya juga beragam.
Mulai dari model becak, mobil, kantor, lapangan, kampung, hingga bendera kota. "Paling laris model bendera kampung ukurannya 60x90 cm dan bendera kota ukurannya 80x120 cm," jelas bapak 4 anak dan 9 cucu ini.
Bendera dan umbul-umbul Devi Konveksi menggunakan kain peles. Setiap harinya, konveksi ini menghabiskan 8-10 rol kain. Setiap rol panjangnya mencapai 50 meter, sedangkan lebarnya 1,5 meter.
Proses produksinya diawali pemotongan kain sesuai ukuran bendera atau umbul-umbul yang akan dibuat. Selanjutnya, kain diobras dan dijahit menggunakan 9 mesin bertenaga listrik. Penjahitan juga untuk memasang tali.
"Khusus sablon gambar garuda pada umbul-umbul digarap saudara di Jombang. Karena kalau kami garap sendiri rugi waktunya," ujar suami Sumiati (64) ini.
Sebagaimana ukurannya, harga bendera dan umbul-umbul buatan Devi Konveksi juga beragam. Mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 275.000/pcs. Misalnya bendera lapangan berukuran 180x270 cm dibanderol Rp 275.000. Tahun lalu, ia juga pernah membuat bendera 6x9 meter seharga Rp 500.000 pesanan pabrik kosmetik.
"Musim Agustusan omzet total Rp 200 juta," ungkapnya.
Bisnis bendera ini ditekuni Suboko sejak 18 tahun silam. Ia melanjutkan usaha mendiang mertuanya, Suyadi. Kala itu, Suyadi menjahit bendera dengan mesin jahit manual, lalu menjualnya ke Surabaya mengendarai sepeda kayuh.
"Sempat vakum sekitar 20 tahun sejak mertua saya sudah tua. Saya sendiri jualan baju di Pasar Kliwon. Karena pasar sepi, saya usaha ini," tandasnya.
(abq/iwd)