SMK Vokasi Link and Match dengan Dunia Usaha-Industri Efektif Atasi Pengangguran

SMK Vokasi Link and Match dengan Dunia Usaha-Industri Efektif Atasi Pengangguran

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 23 Jun 2024 10:35 WIB
SMK Asy Syarif Mitra Industri di Mojokerto
Menaker di Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menilai SMK vokasi link and match dengan dunia usaha dan industri efektif menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia. Artinya, pendidikan vokasi harus mencetak lulusan dengan kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja di dalam maupun luar negeri.

Ida menjelaskan, hasil survei BPS per Februari 2024, TPT Indonesia di angka 4,82% atau sekitar 7,2 juta jiwa. Menurutnya, angka tersebut menjadi yang terendah sejak reformasi. Selain itu, TPT turun signifikan dibandingkan 2020 sebesar 7%.

"Penyebab TPT karena mismatch (Ketidak cocokan) antara out put dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja," kata Ida saat sosialisasi pemagangan luar negeri dan soft launching SMK Asy Syarif Mitra Industri di Desa Brangkal, Sooko, Mojokerto, Sabtu (22/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Enggan berpuas diri, Ida ingin TPT terus ditekan sampai angka pengangguran karena faktor alamiah sekitar 4%. Saat ini, peluang menurunkan pengangguran terbuka lebar seiring kian tingginya lapangan kerja, baik di dalam maupun luar negeri.

Di dalam negeri, lapangan kerja bakal meningkat karena kebijakan pemerintah hilirisasi industri dan banyaknya investasi baru. Sedangkan lowongan di luar negeri bakal naik signifikan karena banyak negara mengalami penuaan penduduk (aging population). Indonesia justru mempunyai penduduk usia produktif yang melimpah.

ADVERTISEMENT

"Terakhir kami kerja sama dengan pemerintah Austria. Mereka minta tenaga kerja dari Indonesia. Berikutnya kami MoU dengan Qatar, Belgia dan Jerman. Tantangan sekarang, mampu kah pendidikan vokasi menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri," terangnya.

Untuk memanfaatkan peluang emas ini, lanjut Ida, SMK vokasi di Indonesia harus link and match dengan dunia usaha dan industri. Artinya, SMK mampu mencetak SDM dengan kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja. Pasalnya, saat ini 18% lulusan SMA dan SMK menyumbang TPT di Indonesia.

Salah satunya SMK yang digadang-gadang mampu mencetak lulusan sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri adalah SMK Asy Syarif Mitra Industri. Sekolah menegah kejuruan di Desa Brangkal, Sooko, Mojokerto ini digadang-gadang mampu mencetak lulusan yang siap kerja.

"Dari awal kami menyambut baik karena SMK ini melakukan link and match dengan dunia usaha dan industri. Mudah-mudahan sekolah ini menjadi sekolah vokasi yang sesungguhnya," jelasnya.

SMK Asy Syarif Mitra Industri di Mojokerto menjadi yang pertama di Jatim setelah SMK Mitra Industri MM2100 di Cikarang, Bekasi dan SMK Mitra Industri 02 di Tayu, Pati. SMK di Desa Brangkal, Kecamatan Sooko ini membuka 4 jurusan sekaligus dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2024-2025.

Yaitu jurusan car contact voice Teknik Ototronik, Robotic Teknik Mekatronika, AI Safety Teknik Ototronik, serta Composting Technology Teknik Mekatronika. Tidak hanya itu, SMK di bawah naungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Asy Syarif ini juga mempunyai lembaga pelatihan kerja (LPK) yang memfasilitasi siswa magang di dalam negeri dan magang di Jepang.

"Harapannya sekolah ini mencetak SDM dengan skil yang sesuai kebutuhan usaha dan industri," ujarnya.

SMK Asy Syarif Mitra Industri bekerja sama dengan SMK Mitra Industri MM2100. Para guru dan kepala sekolahnya bakal didatangkan dari sekolah di kawasan industri Bekasi tersebut. Founder SMK Mitra Industri MM2100, Yoshihiro Kobi Ustman menuturkan, Jepang akan kekurangan sekitar 5 juta tenaga kerja tahun 2030.

Kekurangan tenaga kerja di negeri sakura akan mencapai 20 juta jiwa tahun 2045. Padahal, saat itu Indonesia mencapai masa keemasan karena bonus demografi. Artinya, Indonesia mempunyai penduduk usia produktif yang melimpah. Kondisi ini menjadi peluang besar bagi Indonesia.

"Jumlah WNI di Jepang 27.214 tahun 2013, sekarang 122.028 jiwa, termasuk yang pendidikan, magang, kerja dan menikah di Jepang. Sekarang Jepang berharap banyak magang tenaga kerja dari Indonesia," ungkapnya.

Direktur Bina Penyelenggara Pelatihan Vokasi dan Pemagangan Kemnaker Muhammad Ali menuturkan, magang untuk meningkatkan kompetensi sekaligus menjadi sarana bagi tenaga kerja Indonesia mendapatkan pekerjaan di Jepang. Tak sekadar menimba ilmu, peserta magang di negeri sakura juga mendapatkan uang saku Rp 12-16 juta/bulan.

Pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Jepang sejak 1992. Pengiriman peserta magang dimulai tahun 1993. Saat ini, Indonesia menjadi negara terbesar kedua setelah Vietnam yang mengirim pemagang ke Jepang. Menurutnya, peserta magang setelah 1-3 tahun bisa melanjutkan bekerja selama 5 tahun di negeri matahari terbit.

"Setelah magang, tidak wajib kembali ke Indonesia. Mereka bisa lanjut masuk ke dunia kerja di Jepang. Mereka bisa tinggal 5 tahun lagi di Jepang. Kesempatan terbuka untuk laki-laki maupun perempuan," terangnya.

Tidak hanya itu, tambah Ali, para peserta magang di Jepang juga menerima tunjangan usaha mandiri dari pemerintah saat kembali ke tanah air. Menurutnya, dari 122 ribu WNI yang saat ini di Jepang, 58.478 adalah peserta magang. Pengiriman pemagang paling tinggi terjadi tahun 2023 mencapai sekitar 15.000 jiwa.

"Ini angka tertinggi sepanjang sejarah 31 tahun kami kerja sama dengan Jepang," tandasnya.

Terus naiknya permintaan tenaga kerja Indonesia dari Jepang juga mendongkrak jumlah Lembaga Pelatihan Kerja Sending Organization (LPK SO) yang bermitra dengan Kemnaker. Yaitu dari 307 LPK tahun 2022 menjadi 347 LPK tahun 2023 dan 455 LPK per Juni 2024.

"Pertumbuhan LPK SO makin besar seiring permintaan tenaga kerja dari Jepang yang semakin besar," tambahnya.




(hil/fat)


Hide Ads