Perajin batik di Jalan Putat Jaya Barat VI B atau di kawasan eks lokalisasi Jarak mampu memberdayakan puluhan warga terdampak bisnis prostitusi. Kerajinan batik ini pun menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat di kawasan tersebut.
Namanya Wulan Sektiasih, pemilik galeri batik Chawaty yang sudah berkegiatan di kawasan Jarak sejak 2016. Dia menceritakan dulu ada sekitar 54 karyawan yang mengikuti workshop batik bersama dirinya hingga menyelesaikan ribuan pesanan.
"Dulu bermula dari pesenan souvenir Pemkot Surabaya, saya minta teman-teman sekitar untuk bantu. Niatnya dulu pas pesenan dulu aja, tapi saya lihat sayang karena banyak warga sini yang mulanya nggak tahu apa-apa lalu dapat keterampilan membatik, sayang ada yang cantingannya bagus. Akhirnya saya pertahankan sampai sekarang," ujar Wulan saat dijumpai detikJatim, Kamis (20/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Batik dari galeri Chawaty adalah batik dengan motif khas Surabaya. Seperti motif wisata Mangrove, Kuliner Lontong Balap, dan berbagai ikon Kota Surabaya lainnya. Batik yang dibuat di sini memiliki kualitas terbaik dengan design yang berbeda dari pasaran.
![]() |
"Sekarang satu bulan bisa produksi 150-200 kain batik kalau untuk kebutuhan reguler. Kalau banyak pesanan bisa lebih. Sementara dijual di stan Pemkot dan pusat oleh-oleh, seperti di SKG, Mirota. Nerima custom juga, biasanya kayak untuk acara hajatan dan menerima pesanan online dari Instagram," ujar Wulan.
Proses pembuatan batik di galeri ini dimulai dari tahap menggambar pola, tahap pewarnaan dengan mencanting atau menggunakan cap, penjemuran, hingga kain batik siap didistribusikan. Ukuran kain batik di sini 115x200 cm tiap potong.
Wulan merasa bahagia sebab karyawannya kini tak hanya bekerja untuk dirinya tetapi banyak pula yang sudah mampu mandiri secara ekonomi dengan membuat karya batik di rumah masing-masing.
Dia senang bisa membantu warga yang pernah terdampak lokalisasi untuk bangkit dari keterpurukan sehingga tidak lagi bergantung pada bisnis gelap prostitusi yang masih membayangi.
"Beberapa ada yang sudah punya brand sendiri dari belajar di sini. Saya senang juga lihatnya mereka bisa berkembang," tutup Wulan.
(dpe/iwd)