Merintis sebuah usaha tentu tidak mudah. Tidak jarang harus melalui trial and error dalam waktu yang lama hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Seperti yang dilakukan Laili Nur Hidayah (25) warga Desa Sumbergondo, Bumiaji, Kota Batu. Berbekal ketelatenannya Laili berhasil merintis usaha 'Preserved flower' atau herbarium.
Perlu diketahui, herbarium adalah kerajinan dari bunga yang diawetkan, kemudian dikemas sedemikian rupa menjadi karya indah yang memiliki nilai ekonomis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak main-main, usaha herbarium Laili ini terbilang cukup laris manis di pasaran. Bahkan ibu rumah tangga ini berhasil meraup cuan hingga jutaan rupiah dari kerajinan herbarium.
Laili mengaku telah menekuni usaha herbarium ini sejak tahun 2019. Bermula dari ide untuk memanfaatkan kekayaan budidaya bunga yang ada di Kota Batu.
"Di Kota Batu saya lihat banyak sekali jenis bunga dan saya lihat sayang kalau bunga cuman dibuat 1-2 hari saja sudah layu dan dibuang, seperti bunga untuk wisuda dan dekorasi," ujar Laili, Jumat (31/5/2024).
Dari situ, Laili mulai berpikir dan mencari cara untuk memanfaatkan bunga tersebut. Dia terpikirkan untuk membuat kerajinan herbarium hingga dia mencoba mencari referensi.
"Saya awalnya terpikir untuk mengeringkan bunga, terus coba cari referensi di media sosial menemukan pembuatan kerajinan bunga kering di Jogja. Di situ saya belajar dan menirukan itu," terang Laili.
Saat menekuni herbarium, Laili melalui proses yang cukup panjang. Trial and error dia lalui selama kurang lebih satu tahun hingga pada akhirnya dia berhasil mendapat hasil yang baik.
"Selama trial error itu ada kurang lebih 50 jenis bunga yang saya coba dan hasilnya cuman ada 10 jenis bunga yang dikeringkan warnanya tidak pudar," ungkapnya.
"Jenis bunga yang bisa dibuat kerajinan ini seperti Bunga Cosmos, Bunga Hortensia, Daun Pakis, daun bunga mawar, bunga wortel, kalau bunga anggrek, mawar itu sebenarnya bisa tapi caranya atau metodenya beda. Harus di mix," sambungnya.
Hasil kerajinan yang dibuat Laili akhirnya dijual melalui platform belanja online hingga akhirnya pemilik akun dari kerajinan herbarium di Jogja itu memeasan kepadanya.
"Setelah saya meniru akun itu, setahun berjalan akun tersebut menghubungi saya dan sekarang saya jadi supplier akun tersebut. Jadi saya sering dapat permintaan dari sana," kata Laili.
Untuk proses pembuatannya, setiap karya memerlukan waktu hingga 3 minggu. Itu mulai dari petik bunganya hingga mengeringkan.
"Sulit dan lama, dipetik kemudian ditekan dan ditunggu sampai dua minggu. Setelah itu seminggu pengawetan pakai silica gel biar mencegah jamur, baru bisa di-pack dan dijual," beber wanita Lulusan Universitas Negeri Malang jurusan Seni Rupa itu.
Sejauh ini sudah ada kurang lebih 6 ribu pack herbarulium yang terjual di platform belanja online dengan harga mulai Rp 10 ribu hingga ratusan ribu rupiah.
"Saya sudah pernah menerima permintaan dari seluruh Indonesia. Paling sering permintaan dari Jogja. Penghasilannya jutaan per bulannya," tandasnya.
(abq/iwd)