Seperti di tempat produksi jenang milik Hendri Christiawan yang berada di Desa Rejowinangun Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar. Hendri mengaku permintaan jenang saat Ramadan hingga menjelang lebaran mengalami peningkatan.
Khususnya permintaan di sejumlah tempat oleh-oleh di luar kota. Seperti Malang, Surabaya maupun Yogjakarta.
"Setiap menjelang lebaran ada permintaan lebih banyak. Jadi ada peningkatan produksi saat seperti ini, pas Ramadan. Untuk memenuhi permintaan mitra tempat oleh-oleh," terang Hendri saat ditemui detikJatim, Sabtu (23/3/2024).
Baca juga: Bipang Pasuruan Obat Kangen Kampung Halaman |
![]() |
Menurut Hendri, mahalnya harga ketan menjadi salah satu kendala bagi produsen jenang ketan. Harga ketan saat ini mencapai Rp 23 ribu per kilogram, dari yang sebelumnya hanya sekitar Rp 13 ribu per kilogram.
"Kendalanya itu bahan baku ketan mahal, sekitar Rp 23 ribu per kilo. Jadi kita memutuskan untuk mengurangi pesanan atau permintaan dari toko-toko," jelasnya.
Produksi olahan dari ketan di tempat Hendri bisa mencapai 5 kuintal per hari saat Ramadan. Termasuk jenang ketan, madumongso dan wajik kletik. Namun, jumlah itu berkurang saat harga ketan mahal. Produksi jenang hanya sekitar 3 kuintal per hari.
"Sekarang produksinya hanya sekitar 3 kuintal per hari, karena bahan bakunya mahal. Terus kalau hari normal hanya sekitar 1 kuintal per hari," imbuhnya.
Meski ada kenaikan bahan baku, Hendri mengaku tidak berani menaikkan harga jual jenang dan olahan ketan lainnya secara signifikan. Sebab, hal itu juga akan mempengaruhi pembelian oleh pelanggan.
"Harganya naik tapi tidak banyak, kami tidak berani kalau terlalu mahal. Mulai dari Rp 15 ribu, sampai Rp 90 ribu per kilogram juga ada. Tergantung ukuran dan jenisnya," pungkasnya.
(hil/iwd)