Omzet Petani Mawar di Jombang Melejit Jelang Ramadan gegara Ziarah Kubur

Omzet Petani Mawar di Jombang Melejit Jelang Ramadan gegara Ziarah Kubur

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 05 Mar 2024 18:45 WIB
Petani Mawar di Jombang Panen Cuan Jelang Ramadan
Salah satu petani mawar di Jombang yang cuan jelang Ramadan gegara ziarah kubur. (Foto: Enggran Eko Budianto)
Jombang -

Petani mawar di Dusun/Desa Candimulyo, Kecamatan/Kabupaten Jombang cuan menjelang Ramadan. Hasil panen mereka laris manis karena tradisi ziarah kubur masyarakat Jatim. Saat ini saja, omzetnya rata-rata Rp 2 juta/hari.

Memetik bunga mawar menjadi rutinitas Suwarno alias Datuk (44) dan keluarganya. Hamparan lahan yang ditanami mawar mencapai 2 hektare, penuh dengan 40.000 pohon mawar kampung. Saat ini, setengahnya sudah siap panen.

"Yang satu hektare saat ini saya panen. Kalau satu hektare lainnya saya buat panen saat megengan (tradisi ziarah kubur) jelang Ramadan baru berbunga," kata Datuk kepada wartawan di lokasi, Selasa (5/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari lahan 1 hektare saja, rata-rata Datuk memanen 40-50 Kg bunga mawar. Selanjutnya, mawar kampung berwarna merah muda itu ia bawa pulang untuk dikemas dengan kantong plastik. Setiap kantong berisi 250 gram bunga mawar.

Bapak 5 anak ini tak pernah kerepotan menjual hasil panen. Karena para pedagang bunga dari Jombang, Surabaya, Gresik, dan Lamongan biasa berdatangan ke rumahnya. Saat ini, harga bunga mawar Rp 50.000/Kg. Sehingga omzet Datuk mencapai Rp 2-2,5 juta/hari.

ADVERTISEMENT

"Hari biasa harganya Rp 50.000/Kg. Kalau saat megengan Ramadan bisa sampai Rp 200.000/Kg," terangnya.

Oleh sebab itu, Datuk sudah menyiapkan panen untuk momen ziarah menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Ia menargetkan 2 hektare tanaman mawarnya panen raya pada 2 momen besar itu. Menurutnya, harga bunga mawar bakal naik drastis seiring tingginya permintaan masyarakat untuk tabur bunga ke makam.

Petani Mawar di Jombang Panen Cuan Jelang RamadanPetani Mawar di Jombang Panen Cuan Jelang Ramadan. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)

"Keuntungan Ramadan tahun lalu saat megengan dan Hari Raya Idul Fitri sekitar Rp 60 juta, tanaman sedikit, hanya 1 hektare. Tahun ini luas lahan saya sudah 2 hektare," jelasnya.

Suami Etik Noviandari (40) ini merintis budi daya mawar kampung sejak 5 tahun lalu. Ia mendapatkan bibit dan belajar menanamnya sendiri dari kawasan Sedudo, Nganjuk. Hingga pertengahan 2023, ia mempunyai kebun mawar seluas 1 hektare.

Karena tingginya potensi pasar bunga mawar, Datuk menambah luas tanamnya menjadi 2 hektare sejak Juni 2023. Saat ini, kebun seluas 1 hektare dengan populasi 20.000 pohon mawar yang ia tanam 8 bulan lalu, sudah siap dipanen.

"Panen mawar ini bisa diatur waktunya. Misalnya 50 hari jelang megengan, kami potong, sehingga bunga bermekaran saat harganya mahal," ungkapnya.

Keuletan Datuk membuatnya sukses membudidayakan bunga mawar di dataran rendah. Sebab mawar kampung bisa tumbuh dengan baik di dataran tinggi dengan suhu di bawah 27 derajat Celcius. Bahkan, ia mengklaim aroma mawarnya lebih wangi daripada mawar sejenis di Sedudo.

"Saya buat bibit sendiri, tanam sendiri, jual sendiri, juga mau bikin pupuk sendiri," tandasnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads