Perang Israel Palestina terus memanas. Masyarakat melakukan berbagai gerakan dan aksi solidaritas untuk mendukung warga Palestina agar segera merdeka dari kekejaman invasi yang dilakukan Israel.
Salah satu gerakan yang dilakukan masyarakat sebagai wujud dukungan kepada Palestina di antaranya dengan memboikot produk-produk yang dinilai pro Israel. Hal itu dinilai bisa mendorong agar perdamaian Israel dan Palestina terwujud.
Tak hanya itu, pemboikotan ini juga dinilai bisa meningkatkan daya saing produk-produk lokal, terutama produk UMKM karena banyak masyarakat yang saat ini mulai menggaungkan pakai produk lokal daripada produk impor yang dinilai pro Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga Gigih Prihantono menyampaikan bahwa gerakan pemboikotan produk-produk yang dinilai pro Israel oleh masyarakat ini mungkin membawa pengaruh bila ditinjau dari aspek ekonomi. Tetapi dirinya menilai pengaruhnya tak terlalu besar.
"Berpengaruhnya mungkin berpengaruh tapi tidak terlalu besar. Ini kan hanya tekanan politik saja sebenarnya, karena sampai ke level boikot itu saya nilai hanya beberapa persen. Kalau saya lihat mungkin hanya 5-10%," kata Gigih.
Gigih menilai bahwa gerakan pemboikotan produk pro Israel oleh masyarakat, terutama di wilayah Surabaya dan Jawa Timur, belum terlalu masif sehingga pengaruhnya untuk bisa mendorong kenaikan permintaan terhadap produk-produk lokal termasuk produk UMKM masih belum terlalu besar.
"Produk lokalnya mungkin bisa terangkat, tapi seberapa besar kenaikannya itu masih dipertanyakan. Bisa muncul demand tapi mungkin juga nggak terlalu besar," pungkas Gigih.
(dpe/iwd)