Hari kedua TikTok Shop ditutup pemerintah memberikan angin segar bagi pedagang di pasar. Salah satunya bagi pengelola sejumlah pusat grosir pakaian yang ada di Pasar Kapasan Surabaya.
Semenjak ada TikTok Shop dan banyak pedagang yang berjualan secara live, suasana Pasar Kapasan sepi pembeli. Kini Pasar Kapasan kembali ramai dan suara saling tawar-menawar kembali banyak terdengar.
Pantauan detikJatim, pembeli mulai banyak berdatangan dan berbelanja pakaian. Konsumen bertanya harga dan keluar toko membawa pakaian sebanyak 1 hingga 2 kantong plastik berukuran besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pedagang baju muslim wanita Toko Medina, Siti Nur Asiah mengatakan sejak kemarin sore hingga pagi ini sudah mulai banyak pembeli yang datang langsung. Tentu dia merasakan dampak baik usai TikTok Shop ditutup.
"Pagi ini sudah ramai, langganan yang dulu datang lagi. Kebanyakan pelanggan yang cari seragam untuk acara, nikahan, barang banyak yang datang," kata Siti kepada detikJatim, Kamis (5/10/2023).
Hal ini membuatnya optimistis pasar bisa kembali ramai seperti dulu lagi. Meski selama ini tidak menjual melalui online atau e-commerce, tetapi ada strategi sendiri untuk menarik pembeli.
"Sebelum TikTok Shop positif tutup, selalu bilang ke anak-anak harus optimistis. Saya bukan pemain TikTok, penjualan mulai awal sampai sekarang kami disiplin dan istikamah berjualan di toko. Aktif di grup WA, pelanggan ini yang harus dijaga untuk kerja sama dengan baik," jelasnya.
![]() |
Sama halnya dengan Nanung, pedagang busana wanita di Pasar Kapasan. Ia merasakan dampak baik usai TikTok Shop ditutup. Omzet penjualan sejak ada live TikTok Shop menurun hingga 90%.
"Kami dapat Rp 1 juta Alhamdulullah. Sebelum ramai TikTok Shop sehari bisa Rp 10 juta ke atas. Omzet anjlok 90%. Saat pelanggan bilang lebih murah di TikTok ya kami nggak bisa jawab. Kami bayar sewa, listrik, gaji karyawan. Kalau disamain harga di tiktok ya nggak seimbang banget. Barang sama yang dijual," kata Nanung.
Untuk menarik pembeli, ada berbagai cara yang dilakukan Nanung. Seringkali tokonya memberikan potongan harga meski tidak menjualnya secara online.
"Lumayan banyak untuk stok lama, itu yang kami gencarkan lagi, diupload di grup jadi barang baru. Belum pernah nyoba TikTok dan online, bos saya nggak tertarik. Owner ada pemikiran sendiri dan strategi sendiri," ujarnya.
Sementara Indah, salah satu pembeli mengatakan, dulunya ia kerap membeli pakaian di TikTok Shop untuk kulak baju. Kini, ia kembali kulak baju di Pasar Kapasan karena harganya sebenarnya terpaut tidak terlalu jauh.
"Akhirnya kembali kulak langsung. Nggak banyak belinya, buat dijual lagi, saya jual di e-commerce juga. TikTok ditutup kan juga ada imbas baik buruknya," katanya.
(dpe/fat)