Pedagang Pakaian di Surabaya Dukung Larangan Medsos Jualan Online

Pedagang Pakaian di Surabaya Dukung Larangan Medsos Jualan Online

Deny Prastyo - detikJatim
Jumat, 29 Sep 2023 19:33 WIB
Suasana di Pasar Grosir Surabaya yang sepi disebut imbas TikTok Shop.
Suasana di Pasar Grosir Surabaya yang sepi disebut imbas TikTok Shop. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Pedagang pakaian di Surabaya mendukung kebijakan pemerintah melarang media sosial menjalankan e-commerce atau memiliki layanan jual beli. Terbaru TikTok dilarang menyediakan layanan TikTok Shop.

Salah satu pedagang yang mendukung kebijakan pemerintah adalah Sofi (40), warga Surabaya yang punya stan di Pusat Grosir Surabaya (PGS) ini mengaku merasakan betul dampak jual beli kerudung dan baju yang sepi imbas medsos dilengkapi layanan jual beli.

"Iya betul, itu sangat berdampak. Lebih dari 70 persen (berkurang). Di TikTok ini harganya di bawah pasar," ungkap Sofi kepada detikJatim, Jumat (29/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sofi, cukup banyak produk yang sama seperti yang dia jual di media sosial, seperti kerudung. Dampaknya, dia juga tidak bisa berjualan dengan leluasa.

"Kami kan tidak bisa jual. Harganya bukan harga umum seperti e-commerce yang lain. Kalau yang lain selisih harganya masih mengikuti. Kalau TikTok saya juga heran dia kok sampai segitu (murahnya) kalau jual. Semisal kami ambil Rp 12 ribu, dia bisa jual Rp 8 ribu," ujar Sofi.

ADVERTISEMENT

Sofi bahkan mempertanyakan dari mana para pedagang di TikTok itu mengambil barang dagangan hingga bisa menjual dengan begitu murahnya. Padahal dia sendiri mengambil barang dari supplier harganya tidak sampai semurah itu.

Suasana di Pasar Grosir Surabaya yang sepi disebut imbas TikTok Shop.Suasana di Pasar Grosir Surabaya yang sepi disebut imbas TikTok Shop. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)

"Saya juga heran. Dari mana dia bisa jual sampai harga segitu. Kami ini ambil dari supplier juga tidak segitu harganya. Kadang bahan juga sama beda model, kok bisa di bawah kita," keluh Sofi.

Dia pun mengakui bahwa selama ini reseller yang mengambil barang darinya juga mengeluhkan sepi pembeli.

Hal yang sama diungkap oleh Eli, pedagang pakaian di Menganti yang mengaku beberapa bulan terakhir mengalami penurunan. Dia sepakat dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

"Ya setuju. Soalnya tidak masuk akal. Masa harganya bisa di bawah harga produksi? Rata-rata kan begitu. Masa biasanya harga Rp 40 ribu jadi Rp 10 ribu. Kan tidak masuk akal," ujar Eli.

Di lokasi yang sama, Ida, pemilik toko seragam dan baju kerja turut mendukung kebijakan pemerintah. Sebab beberapa pelanggannya yang merupakan para pedagang pakaian mengaku sepi dengan adanya jualan online.

"Kalau saya setuju (dilarang). Kasihan pedagang di bawah. Beneran berdampak sekali. Banyak yang mengeluh sepi tidak seperti dulu. Pelanggan saya yang cerita ke saya, kalah dengan online," ungkap Ida.




(dpe/iwd)


Hide Ads