Telkomsel Enggan Perang Harga karena Murah Tak Jamin Jaringan Stabil

Telkomsel Enggan Perang Harga karena Murah Tak Jamin Jaringan Stabil

Prad - detikJatim
Rabu, 23 Agu 2023 00:30 WIB
Media gathering Telkomsel Jatim Bali Nusra
Foto: Media gathering Telkomsel Jatim Bali Nusra (Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Price war atau perang harga merupakan kompetisi yang dilakukan para pebisnis atau perusahaan untuk menawarkan harga serendah mungkin. Upaya tersebut bertujuan untuk melemahkan satu sama lain dan merebut pangsa pasar.

Dalam dunia telekomunikasi, hal itu juga terjadi mengingat persaingan semakin ketat, terutama dalam penjualan paket data kepada masyarakat.

Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki H Bramono mengatakan persaingan memang semakin ketat. Terutama dalam menjual paket data ke pengguna seluler, bahkan ada berbagai operator seluler yang kian lama semakin murah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyikapi industri ke depan terkait perang tarif itu, pihaknya melihat kebutuhan pelanggan. Namun, tetap menjaga kualitas.

"Kualitas kita pertahankan, selalu ada dalam kompetisi Jawa Bali baik segi penduduk dan market, akan terjadi pasar. Kami pastikan selalu menjaga kualitas dan kita pertahankan, untuk price war ya buat apa murah tapi jaringan gak ada, apalagi eranya digital dan multimedia experience, kebutuhan broadband itu datanya juga besar, makannya kita jaga kualitas dan investasi sangat besar," kata Saki saat konferensi pers dengan awak media Jatim Bali Nusra, Selasa (22/8/2023).

ADVERTISEMENT

Saki menilai telekomunikasi di Indonesia saat ini didominasi pengguna smartphone. Maka dari itu, pihaknya fokus menjaga kepercayaan pelanggan supaya tetap menjadi pelanggan tetap dengan menjaga kestabilan jaringan dan tak menurunkan harga.

"Kualitas yang terbaik dari jaringan jadi diferensiasi bagi kita. Kita selalu menjual produk dengan kualitas terbaik," ujarnya.

Hal senada disampaikan Vice President Consumer Sales Area Jawa Bali Telkomsel Riny Novitriyanti. Menurutnya, terkait perang harga itu pihaknya lebih berkomitmen tinggi untuk kualitas jaringan dan relevan dengan kebutuhan.

"Misalnya, pekerja, siswa atau mahasiswa seperti saat pandemi 2.5 tahun kemarin kan kondisi force majeur karena memaksa siapapun harus bekerja dari rumah, termasuk tugas sekolah. Nah, stable connectivity tidak bisa ditawar, jadi kalau udah mau ujian itu takut jaringan gak stabil. Poin saya, untuk 4G kita pastikan stabil di 1700 kecamatan, secara persepsi harus jadi trust pelanggan," tuturnya.

"Kita sudah on track dan kolaborasikan, jadi beyond product connectivity, kalau tidak stabil pasti ditinggalin, apalagi untuk game, pasti ditinggalin," imbuh dia.

Riny memastikan untuk harga pihaknya menang enggan murah-murahan. Sebab, pihaknya memiliki tanggungjawab bahwa industri harus berjalan sehat dan berkualitas.

"Intinya, tidak ada yang murah dan tidak ada yang mahal, tapi yang ada adalah kualitas yang diberikan. Saat ini memang market lebih besar, tapi kami lihat peluang di segmen youth cenderung lebih dominan," tuturnya.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads