Sepekan terakhir warga Banyuwangi mengalami kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg. Hal ini merupakan imbas dari sosialisasi Pertamina dalam upaya alokasi subsidi tepat.
Disinyalir gas elpiji 3 Kg di Banyuwangi banyak digunakan oleh unit usaha skala besar. Hal ini mengakibatkan elpiji yang seharusnya digunakan untuk memasak bagi rumah tangga miskin ini digunakan oleh kelompok yang tidak tepat.
Section Head Communication dan Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufik Kurniawan mengungkapkan ketersediaan elpiji 3 Kg di Banyuwangi masih aman. Pertamina membatasi penjualan sebanyak 80% untuk perorangan sementara 20% untuk retail dan dilayani di tingkat pangkalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Se-Indonesia saat ini sedang ada sosialisasi untuk penggunaan elpiji tepat sasaran. Jadi tujuannya memang untuk perorangan, jadi jangan gampang menyebut langka. Pangkalan di setiap desa minimal ada 1 tapi rata-rata lebih. Untuk tahu lokasi pangkalan terdekat silakan telepon call center di 135," terang Taufik kepada detikJatim, Senin (24/7/2023).
Selain itu, PT. Pertamina Patra Niaga juga mendapatkan penugasan untuk melakukan kontrol terhadap realisasi dari elpiji 3 Kg ini. Sehingga jika di tingkat pengecer kontrol sulit dilakukan.
"Sebagaimana ketetapan aturan dari Kementerian ESDM bahwa elpiji subsidi ini harus tepat sasaran. Sementara kalau di pengecer atau pedagang ini kontrolnya akan sulit. Seperti bensin eceran itu dulu kan, sekarang kalau di pangkalan kami lebih bisa melakukan kontrol," ungkap Taufik.
Selama sepekan ini elpiji 3 kg di Banyuwangi sulit didapat. Bukan hanya itu, harga gas melon ini bahkan mencapai Rp 25.000 per tabung.
Warga pun memenuhi operasi pasar yang digelar Pertamina di Taman Blambangan. Dalam operasi pasar ini harga elpiji hanya Rp 16 ribu.
(dpe/iwd)