Presiden Jokowi mengakui bahwa Barbershop Shin Hua di Kembang Jepun Surabaya salah satu yang tertua di Indonesia. Sayangnya, barbershop itu saat ini terancam punah.
Barbershop di Jalan Kembang Jepun nomor 58 Surabaya itu didirikan Tan Shin Tjo, perantau asal Hokkiu, China pada 1911 atau 112 tahun silam. Usaha keluarga itu sekarang dikelola generasi kedua anak-anak sang pendiri.
Tan Ting Kok alias Freddy Koestanto (74) yang akrab disapa Eddy, dan Tan Tun Kuang alias Tejo (67), anak-anak Tan Shin Tjo yang mengelola Barbershop Shin Hua sebagai generasi kedua hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2019 lalu, Eddy dan Tejo mengaku diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. Saat itu Jokowi memuji barbershop Shin Hua dan menyebutnya sebagai salah satu yang tertua di Indonesia.
Eddy sendiri sebagai anak yang diberi amanah oleh ayahnya untuk meneruskan bisnis pangkas rambut itu mengaku bangga. Sudah sejauh ini dia menunaikan amanah dalam mempertahankan usaha keluarga.
Namun, dia tegaskan bahwa usaha Barbershop Shin Hua haruslah berhenti pada dirinya dan Tejo saja. Dia tidak mau anak-anaknya mewarisi bisnis tersebut dan berniat membiarkannya punah dimakan usia.
"Saya generasi kedua, ayah saya ke 1, generasi ketiga anak-anakku. Saya yang minta ke anak, saya bilang 'Nak, ojok diterusno potong rambut iki, kamu harus obah' (jangan diteruskan potong rambut ini, kamu harus bergerak)," ujarnya.
Pria berusia 74 tahun itu pun menegaskan bahwa dirinya yang sengaja melarang anak mereka untuk meneruskan barbershop itu, bukan karena anak-anak mereka tidak mau.
Alasannya bukan karena barbershop Shin Hua sudah punya banyak pesaing barbershop kekinian yang menjamur. Sebab, dengan predikat barbershop tertua, tempat cukur rambut itu justru memiliki nilai lebih.
Eddy mengaku tidak mewariskan usaha keluarga itu kepada anak-anak mereka karena ada keyakinan atau tradisi yang masih dia pegang, bahwa bisnis turun temurun tidak boleh dilanjutkan hingga generasi ketiga.
"Jadi, bukan tidak ada penerus, tapi memang saya yang tidak membolehkan. Di China ada istilah, 'kerjaan yang turun temurun tidak bisa lewat sampai 3 generasi', nah itu juga jadi pelajaran saya di sekolah dulu, dan memang harus begitu," katanya.
Karena itulah anak-anak Eddy tidak menekuni bisnis potong rambut. Mereka bergerak dengan usaha masing-masing yang menurut Eddy sangat beragam. Ada juga di antara anak-anaknya yang bekerja di perusahaan perbankan.
Namun, tradisi itu bukan berarti mengharuskan Eddy menutup barbershop yang sudah ada sejak era kolonial itu dalam waktu dekat ini. Dia akan mempersilakan siapa saja yang mau meneruskan.
"Kalau ada ya tidak apa-apa, asal bukan dari saya dan anak saya," katanya.
(dpe/dte)