Sejumlah nasabah menggeruduk kantor cabang salah satu bank di Tulungagung. Mereka mempertanyakan lenyapnya uang dalam rekening tabungan mencapai ratusan juta. Salah satu di antaranya mengaku kehilangan saldo hingga Rp 189 juta dalam kurun waktu sebulan.
Nur Aini, istri nasabah atas nama Mugiyono mengatakan bahwa uang di rekening suaminya hilang selama periode 29 April hingga 29 Mei 2023. Selama sebulan itu saldo rekening mengalami penyusutan secara bertahap, hingga terkumpul lebih dari Rp 189 juta.
"Jadi kita enggak ngecek mutasi itu. Saya tahunya tanggal 29 Mei baru kita melihat mutasi di buku rekening, ternyata dalam 1 bulan dari 29 April sampai 29 Mei setiap hari ada pendebitan di rekening kami yang itu tidak pernah kami lakukan," katanya, Senin (12/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Aini, dalam sekali transaksi uang dari rekening milik suaminya terdebit dalam jumlah yang tidak langsung besar, tapi dilakukan secara berulang dengan nominal di bawah Rp 2 juta.
"Jadi nominalnya satu hari itu ada 4 kali sampai 5 kali transaksi. Ada Rp 1 juta, ada Rp 1.997.000. Kalau itu dibilang hacker ya kalau mau ambil tentunya sekali dan dalam jumlah besar. Misalnya Rp 500 juta," katanya.
Soal kasus itu pihaknya mengaku sudah melapor ke kantor bank tempat dirinya menjadi nasabah di Tulungagung dan sempat dibuatkan surat pengajuan ke kantor pusat.
Namun, jawaban dari pertanyaan yang dia sampaikan dinilai tidak memuaskan. Karena salah satu poin menyebutkan bahwa bank pemerintah itu tidak bisa mengganti uang milik suami Nur Aini.
"Pasal terakhir itu intinya bank tidak bisa mengembalikan uang tersebut dengan alasan transaksi yang sah," ujarnya.
Dalam penjelasan pihak bank dinyatakan bahwa transaksi tersebut keluar dari rekening Mugiyono untuk pengisian atau top up saldo dompet digital atau e-wallet.
"Katanya itu pendebitan katanya untuk top up sejenis Gopay, padahal saya tidak pernah merasa punya Gopay," kata Nur Aini.
Pihaknya berharap bank pemerintah tempat dia menjadi nasabah bertanggung jawab atas kasus itu dan mengembalikan uang yang hilang dari rekeningnya. Sejak awal dia mengaku memercayakan penyimpanan uang di bank itu dengan harapan bisa aman.
"Karena kami merasa tidak transaksi jadi tolong dikembalikan ya. Sebenarnya saya enggak puas sama sekali (dengan pertemuan hari ini), masih menunggu, katanya kami dikasih waktu sampai hari Jumat pagi," katanya.
Nasabah diminta tagih sendiri uangnya ke oknum bank yang sudah dipenjara. Baca di halaman selanjutnya.
Tak hanya Nur Aini, nasabah lain bernama Sunarni juga merasa dirugikan. Pinjaman uang sebesar Rp 100 juta rupiah menurutnya di-mark up oleh pegawai bank menjadi Rp 125 juta. Selain itu, setoran pembayaran utang juga tidak dibayarkan ke bank.
"Saya pinjam Rp 100 juta, ternyata di bank Rp 125 juta. Saya itu setor di lantai dua sama Pak Bandi, dia AO saya, karena sudah nasabah lama saya percaya," kata Sunarni.
Kasus itu sempat disampaikan langsung ke pihak bank pemerintah tempat dirinya jadi nasabah, namun pihak bank menyebutkan bahwa kasus itu merupakan tindakan pribadi dari oknum pegawai itu. Sehingga ia disarankan untuk menagih sendiri ke orang itu.
Menurutnya dari proses klarifikasi itu pihaknya mendapatkan penjelasan bank, jika korban dari oknum pegawai itu tidak hanya satu nasabah. Bahkan yang bersangkutan telah dipecat dan dilaporkan ke polisi.
"Dia dipenjara satu tahun, sekarang sudah keluar. Saya masih diwajibkan membayar utang, pihak bank memberikan keringanan dibayar pokoknya saja. Lha saya tidak punya uang lagi, sertifikat rumah saya juga masih di sini," katanya.
Aksi unjuk rasa nasabah dan warga itu sempat memanas karena penjelasan pihak bank dinilai kurang memuaskan dan terkesan terlalu berbelit-belit dan tidak to the point.
Menanggapi protes para nasabah tersebut, salah satu perwakilan bank yang diprotes Irwan menyebutkan di hadapan nasabah bahwa pihaknya akan menindaklanjuti keluhan itu.
"Kalau keluhannya dari Bapak Haji (Mugiyono) sudah kami ke kantor pusat, cuma bapak kan belum dapat jawabannya. Jadi nanti akan kami sampaikan jawabannya kepada bapak secara tertulis, jawaban itu seperti apa," kata Irwan.