Tangan kreatif Teguh Tetris (43) mampu menyulap sampah kertas menjadi produk bernilai tinggi. Ya, seniman di Jombang ini mengolah sampah kertas untuk lukisan timbul atau berelief. Karyanya yang artistik laku Rp 800 ribu hingga Rp 18 juta.
Ide membuat lukisan berbahan sampah kertas pertama kali muncul di kepala Teguh tahun 1998. Kala itu, ia terdorong memanfaatkan sampah korban dan buku-buku sekolah anaknya yang sudah tak terpakai.
"Saya pikir sayang kalau sampah kertas itu dijual ke loakan, harganya pasti murah," kata Teguh kepada wartawan di rumahnya, Desa Mojongapit, Kecamatan/Kabupaten Jombang, Sabtu (28/1/2023).
Dari situlah Teguh terdorong membuat lukisan bubur kertas. Kemahirannya sebagai pelukis membuatnya tak kesulitan berkarya meski menggunakan bubur kertas. Sampai saat ini, sudah tak terhitung lukisan timbul atau berelief yang ia hasilkan.
Di sela kesibukannya sebagai kurir ekspedisi, Teguh meluangkan waktu untuk melukis. Hampir semua karyanya adalah lukisan potret realistis. Mulai dari sosok orang biasa, tokoh pewayangan, tokoh Majapahit, hingga ulama ternama, seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Pernah satu kali saya melukis pemandangan, pesanan teman, tapi sudah diambil. Saya lebih fokus ke lukisan potret," terangnya.
Suami dari Fitriah (42) itu setidaknya membutuhkan 5 hari untuk membuat sebuah lukisan potret realistis. Teguh lebih dulu membuat sketsa sosok yang akan ia lukis pada kanvas. Selanjutnya, ia menyiapkan bubur kertas.
Sampah kertas ia rendam dengan air, lalu dihancurkan dengan tangan sampai menjadi bubur. Kemudian bubur kertas dicampur dengan lem Rajawali agar mudah melekat ke kanvas.
"Kemudian bubur kertas saya tempel ke kanvas, saya bentuk sesuai sketsa," jelasnya.
Proses pun berlanjut ke pengeringan. Teguh menjemur karyanya di bawah matahari sampai benar-benar kering. Ketika musih hujan seperti saat ini, pengeringan membutuhkan 2-3 hari. Tahap akhir adalah pewarnaan menggunakan cat akrilik. Latar belakang lukisan seluruhnya menggunakan cat.
"Tantangannya lebih sulit daripada melukis di kanvas biasa. Untuk menempatkan relief seperti hidung, mata dan mulut kalau tidak pas akan amburadul," ungkapnya.
Lukisan bubur kertas karya Teguh benar-benar artistik dan realistis. Efek bayangan pada lukisan timbul otomatis ketika relief bubur kertas terkena cahaya. Harga lukisan berbahan sampah kertas itu pun bervariasi, tergantung ukuran dan jumlah sosok yang dilukis.
Lukisan potret bubur kertas ukuran 40x60 cm dijual Rp 800 ribu. Jika sosok yang dilukis 2 orang, harganya menjadi Rp 1 juta. Sedangkan lukisan berukuran 50x70 cm dan 60x80 cm dipatok Rp 2-3 juta. Karya Teguh pernah terjual Rp 18 juta, yakni lukisan bubur kertas sosok macan, binatang yang dipercaya membawa hoki.
"Sementara ini pascaCovid tak terlalu ramai, sebelum Covid omzet saya sebulan Rp 20-25 juta. Sekarang rata-rata Rp 5 juta per bulan," ujarnya.
Siapa saja bisa memesan lukisan potret berbahan bubur kertas buatan Teguh. Detikers cukup membawa foto sosok yang akan dilukis. Karya seni ini mempunyai daya tahan yang tinggi asal dirawat dengan baik. Untuk membersihkan debu, cukup dilap dengan kain basah.
"Keunggulan lukisan ini pada visual, kalau orang umum biasanya menyebutnya sudah 3D karena lukisan timbul. Kalau kena cahaya, otomatis timbul bayangan sendiri," tandasnya.
Simak Video "Cerita Seniman Tato di Bali, Fuad-Shiddiq 'Due Hatue' dan Pupha Toding"
[Gambas:Video 20detik]
(abq/dte)