Tidak hanya wisata alam, Trawas di Kabupaten Mojokerto juga mempunyai komunitas perajin kostum karnaval yang patut diacungi jempol. Karya mereka kerap menghiasi berbagai event di Bumi Majapahit dan beberapa daerah lain. Namun, siapa sangka sebagian bahannya memanfaatkan sampah.
Yaitu Komunitas Trawas Trashion Carnival (TTC). Trashion sendiri berasal dari kata trash and fashion. Ya, komunitas ini sejak awal berdirinya September 2014 memang memanfaatkan sampah minuman saset sebagai bahan utama kostum karnaval.
"Awalnya murni passion dan peduli lingkungan hidup. Kami ingin menyampaikan kepada masyarakat kalau sampah yang dipandang sebelah mata bisa dimanfaatkan supaya tidak merusak lingkungan," kata pendiri sekaligus Ketua TCC Tri Mulyono kepada detikJatim, Minggu (11/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tri merupakan satu dari 5 inisiator berdirinya TTC di Desa/Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Setahun pertama, komunitas ini getol membuat kostum karnaval memanfaatkan sampah plastik. Mereka rajin mengumpulkan bungkus minuman saset dari sejumlah warung kopi.
Kala itu, busana berbahan sampah buatan TTC kerap tampil di event lomba kampung bersih, kampung hijau, pameran lingkungan hidup dan sekolah Adiwiyata. Ada pula yang dibeli atau sekadar disewa oleh instansi.
Namun, seiring berjalannya waktu kostum tersebut dirasa kurang menguntungkan. Karena menyiapkan bahannya saja butuh waktu sampai 1 bulan. Belum lagi tahap merangkai sampah plastik menjadi kostum karnaval yang setidaknya memakan waktu 2 minggu.
"Prosesnya panjang, ketika dipakai kostumnya juga lebih mudah rusak. Dalam setahun itu belum sampai menjadi penghasilan atau profit. Oleh sebab itu kami belajar dari Jember Fashion Carnival (JFC) mulai awal 2015," terangnya.
Ketika itu, kata Tri anggota TTC mempelajari kostum karnaval JFC sebatas melalui medsos. Tahun itu pula komunitas ini mulai membuat busana karnaval yang lebih artistik. Tri dan kawan-kawan baru benar-benar menyaksikan langsung JFC pada 2016. Dari sanalah ia mulai menjalin koneksi dengan para perajin untuk bertukar ilmu.
"Ilmunya di sana (JFC) dinamis, terus berkembang. Sehingga kami harus terus update," ujarnya.
Kini TTC mempunyai 71 anggota. Tidak hanya dari Kabupaten Mojokerto, mereka juga datang dari Jombang, Lamongan dan Pasuruan. Bahan kostum karnaval pun tak lagi sepenuhnya menggunakan sampah plastik. Sebagian besar bahan yang mereka gunakan dibeli dalam kondisi baru.
"Kain perca dan spons bisa kami pakai baju, sabuk, aksesoris gelang tangan dan kaki sebagai lapisan luar hiasan," jelasnya.
Pembuatan kostum karnaval ternyata lumayan rumit dan panjang. Mulai dari menentukan tema, membuat desain kostum, sampai merinci bahan yang dibutuhkan. Baik bahan daur ulang sampah maupun bahan baru. Barulah proses merangkai bahan-bahan menjadi sebuah kostum, lalu fitting kostum agar benar-benar nyaman dipakai oleh model.
Menurut Tri pembuatan kostum karnaval membutuhkan waktu 3 minggu sampai 2 bulan. Tergantung pada kerumitan desain dan bahan yang digunakan. Karena sulitnya membeli bahan kadang kala memperlama pembuatan kostum. Salah satunya batuan permata imitasi yang tak jarang harus dibeli secara online dari Jakarta, Bandung, Semarang dan Jember.
"Budget kami kostum karnaval untuk anak-anak mulai Rp 1 juta, kostum dewasa mulai Rp 2 juta. Tergantung kerumitan desain dan bahan," ungkapnya.
Sejauh ini TTC mempunyai 100 lebih desain kostum karnaval beragam tema. Mulai dari tema kopi Trawas, merah putih, Mesir, Suku Aztec, Dayak, burung, hingga tema Majapahit. Terbaru 22 kostum karnaval bertema Majapahit yang mereka buat untuk ditampilkan di event Majafest 23-27 Agustus lalu atas permintaan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati.
"Mulai dari kostum berdesain pohon maja, kerajaan, candi, raja dan ratu, kapal, sampai senjata Majapahit. Ciri khasnya pada lambang Surya Majapahit, miniatur candi Bajangratu dan Wringinlawang, serta warna tembaga," cetusnya.
Kostum karnaval buatan TTC, lanjut Tri sering disewa untuk memeriahkan berbagai karnaval. Baik di Mojokerto sendiri maupun di Jombang, Pasuruan, Lamongan dan Surabaya. Khususnya pada Maret-April ketika momen peringatan hari Kartini, Juli-September pada momen HUT Kemerdekaan RI, hari batik pada Oktober, serta event tahun baru.
"Misalnya sewa untuk event tanggal 11, kostum bisa diambil tanggal 10, kembali tanggal 12. Kalau telat mengembalikan kena denda Rp 100 ribu per hari," terangnya.
TTC juga melayani pesanan kostum karnaval. Kostum buatan Tri dan kawan-kawan biasa dibeli sekolah jurusan tata busana di Kota dan Kabupaten Mojokerto, serta Surabaya. Pengiriman paling jauh sampai Kalimantan dan Lubuklinggau, Sumsel. Harga yang mereka patok mulai Rp 1 juta untuk kostum anak-anak dan Rp 2 juta untuk kostum dewasa.
Sebelum pandemi COVID-19 melanda, omzet TTC mencapai Rp 35 juta sepanjang 2019. Sedangkan tahun ini omzet mereka sudah menembus Rp 35,4 juta. Antara lain dari persewaan kostum untuk HUT Kemerdekaan RI Rp 28,4 juta, penjualan kostum Rp 2 juta, serta dari event Majafest Rp 5 juta.
Juara sejumlah perlombaan juga mereka raih. Seperti juara 1 Mojo Batik di Kota Mojokerto 5 tahun berturut-turut 2015-2019, juara 3 Tuban Night Carnival 2018, serta juara 1 dan 2 Tretes Fashion Carnival di Pasuruan tahun 2016 dan 2017. Bahkan, karya TTC masuk 10 besar dalam event Kartini Run di Monas, Jakarta pada 2019.
"Ketika itu kami kerja sama dengan Bu Lia Sigit, istri mantan Kapolres Mojokerto Kota untuk event Kartini Run di Monas tahun 2019 masuk 10 besar. Kami buat kostum garuda ketika itu," tandas Tri.
Simak Video "Video: Nikmati Sensasi Pantai Buatan di Ketinggian 1.300 Mdpl Mojokerto"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/sun)