Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas memaklumi adanya kenaikan harga pada telur ayam. Itu karena peternak telah mengalami kerugian hampir dua tahun akibat harga pakan yang melambung tinggi. Pernyataan itu mendapat respons positif bagi para peternak ayam petelur (layer).
Peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar membenarkan pertanyaan dari Zulhas. Sebab selama hampir dua tahun terakhir para peternak mengalami masa-masa sulit. Harga pakan yang tinggi tapi tidak diimbangi dengan harga jual telur ayam yang justru anjlok.
"Iya memang benar seperti itu, harga telur ayam naik memang bisa nutup rugi kami (peternak) selama tahun terakhir," ujar Koordinator Peternak Ayam Layer, Yessi Yuni Astuti pada detikJatim, Senin (27/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yessi mengatakan para peternak sepakat dengan Mendag yang baru. Mendag saat ini dinilai lebih bisa membaca pikiran peternak yang sebelumnya telah merugi besar-besaran akibat anjloknya harga telur ayam di pasaran.
"Harga telur ayam naik belum ada satu bulan. Tapi ini sudah cukup membuat peternak bisa merasakan sedikit untung. Bisa menutup rugi walaupun enggak banyak," jelasnya.
Saat ini, harga telur ayam berada di kisaran Rp 23 ribu hingga Rp 24 ribu per kilogram dari peternak. Sedangkan, untuk harga eceran atau dikalangan pedagang pasar dan sebagainya telur ayam mencapai Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.
Perbedaan harga jual di antara peternak dan pedagang eceran jelas terjadi. Namun, peternak sudah bisa merasa hidup dengan kondisi harga telur ayam saat ini. Dibandingkan dengan harga telur dua tahun lalu yang sempat anjlok hingga Rp 13 ribu per kilogramnya.
"Kenaikan harga jual memang bertahap, lumayan membantu peternak untuk bernafas. Pun untuk harga pakan juga masih ada yang mahal. Jadi semoga harga tetap stabil di sini, kalau bisa lebih bagus sedikit lagi, " pungkasnya.
(iwd/iwd)