Produk perikanan tangkap dan budidaya Indonesia telah diekspor ke 171 negara. Bahkan volume ekspor udang vaname ke Amerika Serikat menduduki peringkat dua.
Kepala Pusat Sistem dan Kepatuhan BKIPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Teguh Samudro mengatakan, potensi ekspor perikanan hingga kini masih terbuka lebar. Mulai dari ikan budidaya maupun tangkapan.
"Untuk komoditasnya paling besar udang vaname, cakalang, cumi-cumi, gurita dan lain-lain. Jadi yang diekspor hasil tangkap maupun budidaya," kata Teguh saat penyaluran 600 paket ikan ke masyarakat Desa Wonocoyo, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, Sabtu (11/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga tahun ini, volume ekspor udang masih cukup merajai. Salah satu pangsa pasar terbesar adalah Amerika Serikat. Di negara tersebut, produk udang Indonesia menduduki posisi kedua setelah India.
"Kalau dulu kita posisi ketiga setelah Ekuador. Sekarang yang masuk Amerika paling bagus India, kemudian Indonesia nomor dua," jelasnya.
Potensi ekspor hasil perikanan masih cukup tinggi, hanya saja harus memenuhi seluruh kriteria jaminan mutu ketat yang disyaratkan oleh negara tujuan ekspor. Persyaratan itu tidak bisa dipenuhi hanya pada proses penyimpanan hingga pengemasan saja, namun mulai dari proses produksi.
"Sejak dari produksi, mulai dari induknya, benihnya itu sudah dipantau, pakannya harus aman memenuhi kandungan protein dan kimia yang dipersyaratkan, bebas antibiotik bebas obat-obatan bebas penyakit demikian juga pada masa budidaya harus dipantau kesehatannya," imbuhnya.
Tak hanya itu, budidaya ikan harus dijalankan di atas tanah yang legal, bukan hutan lindung atau tanah sengketa. Proses pengolahan air limbah juga wajib melalui instalasi pengolahan air limbah (Ipal).
Terkait rumitnya proses persyaratan jaminan mutu itu, KKP melalui balai karantina ikan akan turun langsung untuk memberikan bimbingan dan pengawasan, sehingga hasil yang diproduksi layak untuk diekspor.
"Budidaya ikan macam-macam ada yang maju, corporate, tradisional hingga perorangan. Ternyata pemahaman ini berbeda-beda jadi sosialisasi ini yang terus ditingkatkan sehingga apapun level pembudidayaannya pemahaman terkait persyaratan ini sama," imbuh Teguh.
Sementara itu, Kepala BKIPM Surabaya Suprayogi menjelaskan, potensi ekspor hasil perikanan dari wilayah Jatim cukup besar, salah satunya komoditas udang vaname.
"Kalau ekspor perikanan dari Jawa Timur itu udang yang paling besar. Itu pemasoknya tidak hanya dari Jatim, ada dari NTB dan sebagainya, tapi masuknya ke Jatim," kata Suprayogi.
Budidaya udang Jatim banyak tersebar di wilayah tapal kuda, seperti Probolinggo, Situbondo hingga Banyuwangi. Bahkan saat ini, budidaya udang juga mulai dikembangkan di wilayah pesisir selatan seperti Tulungagung, Trenggalek hingga Pacitan.
"Di selatan ini masih tergolong baru, tapi cukup bagus dan kualitas airnya juga baik. Besar ini potensinya," imbuhnya.
Untuk meningkatkan jaminan mutu produk perikanan, pihaknya mengaku siap melakukan pengawasan mulai dari hulu hingga hilir.
"Jadi setiap ada budidaya di sana, BKIPM masuk, melakukan pengawasan," pungkas Suprayogi.
(hil/sun)