Perajin Rebana Lamongan Ini Sepi Pesanan Saat Ramadan

Perajin Rebana Lamongan Ini Sepi Pesanan Saat Ramadan

Eko Sudjarwo - detikJatim
Senin, 11 Apr 2022 07:02 WIB
Rebana buatan Agus perajin asal Lamongan yang berhasil membuat rebananya terbang ke luar pulau.
Rebana buatan Agus perajin asal Lamongan berhasil terbang hingga ke luar pulau (Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim)
Lamongan -

Pendamping seni hadrah adalah alat musik Rebana atau Terbang. Rebana karya perajin asal Lamongan ini bahkan sudah terbang ke luar pulau meski sepi saat Ramadan.

Adalah Agus warga Desa Puter, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan yang sudah 17 tahun menggeluti kerajinan pembuatan rebana atau terbang ini.

Tidak hanya sebagai alat musik Agus menjelaskan fungsi lain rebana yang berbentuk bundar dan pipih dengan bingkai lingkaran dari kayu yang dibubut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kegunaan rebana sangat banyak, bisa dipakai sarana hiburan, media dakwah, fungsi pelestari budaya, dan lainnya. Biasanya Rebana atau Terbang ini dimainkan bareng hadrah," kata Agus kepada detikJatim, Minggu (11/4/2022).

Rebana hasil kerajinan tangan Agus itu meliputi jenis Rebana Hadrah, Rebana Qasidah, dan juga Rebana Banjari. Soal suplai bahan dia mengaku tidak ada kendala berarti.

ADVERTISEMENT

Agar bisa menghasilkan Rebana berkualitas terbaik Agus memang memakai kulit kambing yang diimpor dari Timur Tengah. Dia mengaku tidak ada kendala soal suplai bahan baku itu. Masalahnya justru saat pembuatan Rebana ketika cuaca masih sering hujan.

"Kendalanya pada proses finishing pembuatan rebana. Karena membutuhkan sinar matahari," ungkapnya.

Semua proses pengerjaan Rebana, kata Agus, dilakukan sendiri. Namun ketika banyak pesanan ia akan meminta tolong kepada kakak dan istrinya untuk membantu.

Rebana buatan Agus perajin asal Lamongan yang berhasil membuat rebananya terbang ke luar pulau.Rebana buatan Agus perajin asal Lamongan berhasil 'terbang' ke luar pulau Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim

"Harga Rebana kami berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 3 juta. Tergantung permintaan ukiran tangan," ujarnya.

Dengan harga yang dipatok itu Rebana buatannya sudah tidak sekali dua kali dia terbangkan ke luar Lamongan. Tercatat, kata Agus, pelanggannya kebanyakan datang dari Pulau Kalimantan dan Madura.

Penjualan Rebana buatannya bisa stabil karena Agus mengaku memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya. "Kalau pelanggan kebanyakan datang dari Kalimantan dan Madura, selain juga dari Lamongan sendiri," ujarnya.

Dia mengatakan, pesanan terbanyak justru terjadi bukan di Bulan Ramadan. Tapi ketika mendekati bulan Maulid atau bulan menjelang perayaan Maulid Nabi.

"Permintaan meningkat jika perayaan Maulid Nabi, karena banyak yang merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad dengan Selawatan dan Hadrah," ujarnya.

Permintaan Rebana justru menurun saat Ramadan karena tidak ada perayaan besar.

Selain memproduksi rebana, Agus juga telah melebarkan sayap membuka jasa servis atau perbaikan Rebana. Untuk jasa servis rebana ini, Agus mengaku tidak mematok harga tinggi. Karena kerusakan yang terjadi biasanya di bagian kulitnya.

"Selain menjual, saya juga membuka jasa servis rebana dengan biaya ongkosnya Rp 80 ribu saja," pungkasnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads