Kentrung Lamongan, Seni Tutur Monolog yang Semakin Pudar Tergerus Zaman

Kentrung Lamongan, Seni Tutur Monolog yang Semakin Pudar Tergerus Zaman

Eko Sudjarwo - detikJatim
Senin, 04 Apr 2022 08:08 WIB
kentrung lamongan
Kentrung Lamongan dilakukan secara monolog (Foto: Eko Sudjarwo)
Lamongan -

Salah satu seni tutur yang berkembang di Lamongan adalah kesenian kentrung. Berbeda dengan ketrung di daerah lain, kentrung Lamongan ditampilkan secara monolog dimana dalang juga merangkap sebagai panjak (penabuh alat musik).

Kesenian kentrung memang dikenal di banyak daerah di Indonesia. Namun, kentrung Lamongan memiliki kekhasan tersendiri jika dibandingkan dengan kesenian-kesenian kentrung yang ada di daerah lain.

Salah seorang seniman Lamongan Deni Jazuli menuturkan, ada beberapa kekhasan yang dimiliki oleh kentrung Lamongan yang tidak dimiliki oleh kentrung dari daerah lain. Beberapa kekhasan itu, menurut Deni, diantaranya adalah jenis alat musik yang dimainkan adalah terbang atau rebana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Isi cerita dari kentrung Lamongan juga memuat sejarah, syiar agama dan kebudayaan atau juga tontonan, tatanan dan tuntunan," kata Deni kepada detikcom, Senin (4/4/2022).

Perbedaan lain dari kentrung Lamongan dengan kentrung dari daerah lainnya, ungkap Deni, adalah penampilan monolog. Dalang kentrung Lamongan, tutur Deni, mengunakan jenis dalang ontang-anting di mana dalang juga merangkap sebagai panjak.

ADVERTISEMENT
kentrung lamonganPelestarian kentrung ke generasi muda agar tidak punah (Foto: Eko Sudjarwo)

"Kentrung Lamongan begitu khas dengan menggunakan pola tutur cerita yang kuat dengan hanya sedikit parikan, namun memungkinkan menggunakan syair-syair, selawat dan kalimat toyyibah," ujarnya.

Deni mengungkapkan pola pukulan musik pada kentrung Lamongan juga sederhana hanya berpola tung-tung-dang. Namun, suspensi pukulan mengikuti tangga dramatik alur cerita yang artinya ritme tabuhan bisa menjadi cepat dan penuh penekanan saat lakon cerita naik tangga dramatiknya.

"Kostum dalang juga berciri khas, yaitu memakai jubah dengan sorban dan igal persegi," imbuhnya.

Beberapa ritual, lanjut Deni, juga dilakukan oleh dalang kentrung Lamongan. Ritual tersebut di antaranya melakukan puasa 1 hari sebelum manggung, mencari informasi tentang desa atau tempat yang akan dijadikan lakon cerita, baik dengan bertanya pada sesepuh desa setempat atau dengan cara spiritual.

"Dengan kata lain dalang kentrung Lamongan memiliki kesadaran tentang relasi hubungan antara dalang dengan Tuhan, manusia dan alam semesta," ungkap Deni.

Seiring zaman, kentrung Lamongan pun semakin memudar semenjak ditinggal dalang kentrung Lamongan, Khusairi yang berpulang beberapa waktu silam. Kentrung Lamongan biasanya dimainkan saat ada hajatan seperti pernikahan, sunatan atau juga ketika tingkepan. Kentrung Lamongan juga biasa ditampilkan saat sedekah bumi, haul, peringatan lahirnya suatu daerah atau desa.

"Keberlanjutan sastra tutur kentrung Lamongan menjadi perhatian semua pihak baik masyarakat, komunitas maupun pemerintah. Bila tidak ada satupun pihak yang berusaha untuk peduli dan melestarikannya, sudah dapat dipastikan kesenian Kentrung Lamongan akan tinggal cerita dan musnah tergerus zaman," aku Deni.

Deni bersama para pelaku seni Lamongan di Rumah Budaya Pantura pun menggandeng komunitas independen, komunitas kesenian pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum untuk melestarikannya. Upaya pelestarian itu diantaranya dengan menggelar pelatihan kentrung Lamongan yang difasilitasi oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa timur beberapa waktu lalu.

"Kegiatan pelatihan kentrung Lamongan ini merupakan usaha nyata untuk melestarikan kentrung Lamongan yang hampir punah semenjak di tinggal wafat dalang kentrung Lamongan H. Ahmad Kusairi," tandas Deni seraya berharap pelatihan kentrung Lamongan ini mampu menggugah kembali semangat berkesenian kentrung Lamongan dikalangan pemuda, pelajar, mahasiswa dan masyarakat Lamongan.




(iwd/iwd)


Hide Ads